Jumat, 11 Oktober 2013

[Fanfic] Can You See Me? Just Once...

Author : Sapphire T
Theme : Sad, Friendship, Romance
Duration : One-Shoot.  (1560 words)
Cast :
~Zhang Yixing (Lay EXO)
~Park Hyura

Note : Cerita ini tentang Yixing sama Hyura pas Yixing masih di Korea. Ini bisa dibilang sequel dari WHAT IS LOVE? . Cerita milik author, jangan ada plagiat. Kalo ada kesamaan ide mohon maaf. Enjoy~~


HYURA POV

“Ya! Park Hyuraaa~~” seseorang memanggilku, mungkin. Aku tidak begitu mempedulikan suara itu karena aku terlalu sibuk dengan lagu yang terputar melalui headsetku. Sepertinya orang itu terlalu kesal karena aku tidak segera menyahut, jadi dia memukul kepalaku.

“Ya! Appo,” sahutku dan mengusap kepalaku yang dipukulnya. Aku mencopot headsetku dan menoleh ke belakang lalu terkejut melihat siapa yang memukulku –yang sedang memasang wajah sebal.

“Ah,  Yixing-aa...,”aku cengar cengir, pasti tadi aku membuatnya sangat kesal.

“Ya! Park Hyura! Apakah kau tuli? Atau saking pelupanya kamu hingga lupa sama suaraku hah?”omel Yixing. Mulutnya mengerucut dan tatapannya seperti tatapan ibu-ibu cerewet memarahi anaknya yang biasa kulihat di tv.

“Mianhe, sepertinya aku terlalu asik mendengarkan musik hingga mengabaikanmu. Jeongmal mianhe,”aku memasang senyum malaikatku, berharap itu bisa menghilangkan emosi dari Yixing, dan itu gak pernah gagal karena Yixing pernah bilang bahwa dia menyukai senyumanku.

“Arasseo arasseo. Kupikir kau marah padaku, atau cuek, atau sengaja kacangin aku,”emosi Yixing menyurut. Dia menyodorkan sebuah jajan kepadaku. Lays.

“Makanlah, kuperhatikan kamu belum makan sejak istirahat tadi,”kata Yixing.

“Kau menyuruhku memakan dirimu?”candaku (Yixing berkata bahwa dia lebih senang dipanggil dengan nama panggilan yang dia  buat sendiri, Lay, daripada nama aslinya).

“Berhentilah menghinaku. Lay itu keren tau,”astaga, aku menyulut emosinya setelah dia tenang.

“Ara ara. Lay keren kok. Aku hanya bercanda , Yixing-aah,”aku memohon maaf lagi dengan senjata pamungkasku untuk melunakkan hatinya Lay, senyumanku.

“Gwaenchanha, asal jangan menghina Lay lagi. Masih mau Lays?”tawarnya dengan senyuman dan lesung pipinya. Oke, ini artinya Lay sudah dalam posisi ‘aman’.

“Semuanya untukku?”tanyaku dengan mengeluarkan dua kartu as-ku untuk membuat Lay menurut padaku, senyuman mautku dan puppy eyes. Selama aku bersahabat dengan Lay, kedua hal itu tidak pernah gagal.

“Oh mm, tentu saja. Nih,”Lay menyodorkan satu bungkus Lays-nya. Aah, beruntung aku memiliki sahabat sepertinya...

“Gomawooo, Zhang Yixing-aah. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu,”ujarku sambil mencubit pipinya.

LAY POV

“Gomawooo, Zhang Yixing-aah. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu,”ujar Hyura sambil mencubit pipiku.

Sahabat. Entah mengapa aku mengharapkan yang lebih dari itu. Sejak pertemuan kami yang pertama, aku sudah menaruh hati padanya. Sayangnya dia hanya menganggapku sebagai sahabat, nggak lebih.

Hyura, can you see me? Can you feel my heart? Just once....

“Aku kan memang baik, tidak sepertimu. Sahabat yang ngacangin sahabatnya sendiri,”sindirku dengan senyum, untuk menyembunyikan sakit hatiku karena Hyura secara terang-terangan mengungkapkan bahwa dia hanya menganggapku sahabat.

“Aku kan sudah meminta maaf. Kau masih saja sebal?”tanyanya sambil mengeluarkan puppy eyes-nya, hal yang sangat aku sukai darinya. Aku memegang tangannya yang masih mencubit pipiku. Merasakan halusnya tangannya yang mencubitku.Mengelusnya perlahan. Sejenak aku terhipnotis dengan kehalusan tangannya. Aku memejamkan mata, membuatku makin merasakan tangannya lebih detail. Aku mulai merasakan detak jantungku semakin cepat.

Hyura, can you feel it?

“Yixing?”suara itu menyadarkanku. Aku segera membuka mata dan melihat Hyura menatapku heran.

“Ah, mianhe,”aku terburu-buru melepaskan tanganku, dengan sedikit  tidak rela.

“Gwaenchanhayo?”tanyanya.

“Hu um. Belum kamu makan juga? Makanlah,” tanyaku.

“Oh iya. Kamu mau?”tawarnya. Aku ingin mengiyakan, mengingat aku belum makan sejak pagi, namun aku menahannya. Melihatmu makan mampu membuatku kenyang.

“Anii, habiskanlah sendiri,”kataku sambil tersenyum. Dia tersorak kegirangan dan memakannya. Dia seperti tidak pernah makan Lays sebelumnya.

“Hyura, ingat umurmu. Kau 17 tahun, bukan anak berumur 7 tahun,”aku menertawai tingkahnya yang seperti anak kecil. Dia terhenyak dan mulai memakan Lays sesuai umur. Aku tersenyum melihatnya.

“Benar kamu tidak mau?”tawarnya dengan mulut penuh.

“Anii. Kau rakus sekali, lihat banyak remahan Lays di sekitar mulutmu,”aku membersihkan remahan lays yang ada di sekitar mulutnya. Aku menahan diri untuk tidak terhipnotis dengan bibirnya saat tanganku menyentuhnya.

“Ah, gomawo,”ucapnya sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum.

HYURA POV

Lay hari ini aneh sekali. Ah, bukan hanya hari ini, tapi juga akhir-akhir ini. Dia suka memegang tanganku, meremasnya, atau mengelusnya. Dan setiap kali ia melakukannya, matanya selalu terpejam.

Hei, Zhang Yixing-aah. Kau kenapa sih?

Akhir-akhir ini dia juga sering membelikanku makan, keuntungan untukku. Aku jadi menghemat uang jajanku akhir-akhir ini. Yixing, kau memang sahabatku yang aneh, dan juga paling baik di dunia ini.

Yixing sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Dia memberikanku, secara cuma-cuma, kasih sayang yang jarang aku rasakan.

Sejak kecil aku hanya menerima kasih sayang dari pengurus panti asuhan. Orang tuaku membuangku. Lalu saat aku berumur 15 tahun, aku berkata pada pengurus bahwa aku mau hidup sendiri. Tabungan yang selama ini aku kumpulkan aku gunakan untuk menyewa sebuah flat. Lalu aku bekerja sambilan di cafe sebelah flat-ku. Syukurlah aku selalu mendapat beasiswa tiap tahun karena prestasiku.

Aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari sebuah keluarga, tapi Yixing mampu memberikannya kepadaku.

“Hyura, boleh aku bertanya sesuatu?”tanya Yixing saat aku masih menghabiskan Lays yang dia berikan hari ini, dia tau banget aku suka Lays.

“Hmm?”sahutku karena mulutku masih penuh dengan Lays.

“Kamu...punya orang yang kamu suka?”tanya Yixing dengan, firasatku saja sih, nada hati-hati. Seakan jawaban yang akan aku keluarkan akan mengubah hidupnya.

“Umm, anii. Wae?”aku berkata jujur apa adanya. Aku memang tidak memiliki orang yang kusukai.

Hei, wait. Apa aku salah lihat atau apa. Wajah Lay mendadak berubah murung setelah mengetahui jawabanku. Lay yang ceria itu bisa murung? Terjadi keheningan di antara kami berdua.

“Lay, gwaenchanha?”tanyaku sambil menepuk pundaknya. Lay sedikit terkejut dan menoleh padaku.

“Ah, umm...,”jawabnya sedikit gugup. Mendadak bel berbunyi dan Lay pamit kembali ke tempatnya.

Ya, Zhang Yixing. Kau makin aneh saja.

LAY POV

Aku merasa terpukul saat mengetahui jawaban dari Hyura. Itu artinya dia hanya menganggapku sahabat, nggak lebih. Zhang Yixiiiing, kau harusnya tau bahwa dia hanya menganggapmu sahabaat. Kau malah mengambil resiko yang lebih, dengan berani menanyakan siapa yang lagi dia taksir. Dasar pabooooo.

Aku melangkah gontai ke apartemen-ku. Aku benar-benar terpukul. Aku yakin Hyura heran akan sikapku ini. Aku ingin menjauh darinya, untuk mengobati luka yang aku rasakan.

Mendadak telpon apartemen-ku berbunyi. Aku segera mengangkatnya.

“Yixing, ini mama. Bisakah kau kembali ke China?”cerocos mamaku di China. Suaranya terdengar panik dan seperti ada masalah.

“Kenapa?”aku benar-benar ikut panik sekarang mendengar suara mamaku yang panik.

“Nenekmu meninggal. Kembalilah ke China, sekarang. Biar mama yang bilang ke sekolahmu,”oke aku makin terpukul sekarang.

“Baiklah, aku akan segera pulang. Mungkin besok aku berangkat,”mamaku mengerti dan menutup telpon.

Ada satu hal yang harus aku selesaikan, mengakui perasaanku pada Hyura.


 Jadi, di sinilah aku sekarang. Di atas ayunan di taman bermain di dekat flat-nya Hyura. Aku menunggunya dalam keadaan kacau balau. Rambutku yang biasanya tertata rapi kini acak-acakan tidak karuan. Wajahku pucat pasi dan jantungku berdegup sangat kencang.
Hyura datang tepat waktu. Dia masih mengenakan seragam kerjanya, menandakan dia baru selesai kerja.

“Lay, ada apa? Apa yang ingin kamu sampaikan?”tanyanya dengan nada heran.

“Kumohon jangan shock dengan apa yang akan aku ucapkan,”dia mengangguk.

“Besok aku pulang ke China. Nenekku meninggal dan mamaku memintaku untuk menetap disana. Aku juga baru saja mengurusi keluarnya aku dari sekolah,”Hyura memasang wajah sedih, bahkan hampir menangis. Astaga, kumohon jangan menangis di hadapanku.

“Lalu... ada satu pengakuan dariku,”susah payah aku mengeluarkan suara. Hyura hampir saja menangis. Kumohon jangan menangis...

Aku tetap melanjutkan kata-kataku dan Hyura tetap diam. Kupikir dia tidak tau apa yang harus dia ucapkan.

“Saranghae...”desisku lirih. Aku berharap itu tidak terdengar, namun itu tidak mungkin. Bahkan suaraku tetap terdengar di taman yang sepi ini.

Mata Hyura membulat dan kaget akan pernyataanku. Entah kenapa mendadak dia menangis dan aku panik akan itu.

Zhang Yixing, kau cerdas sekali membuat orang yang kau cintai menangis.

HYURA POV

Aku benar-benar terkejut mendengar berita yang dibawa Lay. Aku baru saja menyelesaikan jam kerjaku dan menerima sms dari Lay bahwa ada yang perlu aku tau.

Pertama, Lay kembali ke China. Aku tau bahwa dia memang orang China, dan bukan sekali dua kali dia pergi ke China. Tapi kali ini dia bilang dia akan menetap di sana. Aku merasa terpukul akan itu. Aku hampir saja meneteskan air mata. Aku tak mau dia pergi, dia sahabatku yang berarti.

Kedua, wait. Dia hanya berbisik tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas. Lay mencintaiku? Sejak kapan? Aku terkejut. Jadi selama ini dia mencintaiku? Makanya dia peduli padaku sebesar itu.

“Sejak pertama kali kita bertemu waktu itu, sejak itulah aku jatuh padamu. Aku menginginkan lebih darimu, tapi kau hanya menganggapku sebagai sahabat. Jadi yasudahlah, itu cukup bagiku,”Lay tersenyum kepadaku. Aku jadi merasa bersalah.

“Mianhe... aku tidak tau..”aku sungguh-sungguh merasa bersalah. Kurasakan air mataku mulai keluar dari bendungannya. Lay tersenyum dan menghapus lelehan air mata di pipiku.

“Gwaenchanha. Janganlah menangis. Aku pernah bilang padamu bahwa aku menyukai senyumanmu kan? Tersenyumlah,”ujar Lay lembut. Aku memaksakan tersenyum.

“Nah, ini baru Park Hyura yang kusuka,”ujarnya sambil sedikit tertawa. Aku ikut tertawa, walau gentir.

Setelah itu kami berbincang-bincang sebentar dan dia berpamitan padaku. Dia bilang pesawat yang akan dia tumpangi saat jam-jam sekolah, jadi aku tidak bisa mengantarnya. Aku berjanji padanya akan ke China mengunjunginya saat aku sempat. Sementara dia ragu bisa berkunjung ke Korea.

Aku menatap punggung Lay yang semakin menghilang dari pandanganku. Aku kembali tersenyum, lalu menangis lagi.

Zhang Yixing, terima kasih sudah menemaniku, memberikanku kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan. Kamsahamnida....

LAY POV

Setahun setelah kepulanganku ke China. Aku mendengar bahwa Hyura memiliki kekasih sekarang, Park Chanyeol. Aku sedikit patah hati mendengarnya. Namun saat mendengar bahwa dia bahagia, aku turut bahagia.

Aku masih menunggunya hingga sekarang.

Tapi yasudahlah, selama Hyura bahagia aku akan ikut bahagia. Selalu seperti itu.

Aku sama Hyura lost contact sejak 3 bulan terakhir ini, dan aku mengetahui keadaannya dari teman-teman sekelasku yang tau aku menyukai Hyura.

Aku masih di dalam kesedihan. Aku termenung di pinggir lapangan basket saat sebuah bola basket menggelinding ke arahku.

“Hei, Yixing! Lemparkan bolanya!”teriak seseorang kepadaku. Aku mengambil bola dan menengadah melihat siapa yang berteriak tadi.

“Ah! Kris ge! Tangkap!”


 Haai, STee kembali bawain fanfic~ Fanfic kali ini itu cerita sebelum Yixing kembali ke China di fanficku sebelumnya (What Is Love). Mianhe kalo ini kacau balau :') Author buat ini dengan goncangan dari kereta api. Stee lagi otw Wonosobo dan ini di kereta jadi sedikit kacau lah :') Mianhee~

Jangan jadi silent reader , ne? ;) Ditunggu kritik dan sarannya :)xoxo

Much Love,
Bunny Sapphire Tee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar