Senin, 02 Desember 2013

[Fanfic] Rain


Author : Sapphire Tee | Cast : Park Jimin [Jimin BTS], Min Yoongi [Suga BTS], Kim Taehyung [V BTS], Jung Hoseok [J-Hope BTS], Jeon Jungkook [Jungkook BTS], Kim Namjoon [Rap Monster BTS], Kim Seok Jin [Jin BTS], OC’s | Duration : 4114 word| Genre :  Describe it by yourself._.v

Note : ini kumpulan ficlet-nya Bangtan Boys. Member BTS milik iBigHitent, kecuali Jimin milik author>< *plakk*. Don’t be plagiat and silent readers. Saran+review dibutuhkan>< Kalo samaan ide maaf nggak sengaja._.
_____.:::._____
1Dance Under the Rain [Jimin]

“Oppa, aku pengen deh nari di bawah hujan gitu. Kayaknya seru gitu,”

“Dan aku maunya nari sama sunbae, sama seorang Park Jimin,”

“Kenapa aku?”

“Karena kamu orang yang aku cintai, Jimin oppa.... Saranghae....”


Kenangan itu kembali lagi menyerangku. Seiring dengan turunnya hujan di Busan pagi ini. Aku menghentikan latihanku dan menatap keluar jendela. Hujan turun dengan romantisnya. Membawa semua kenangan pahit itu.
Aku ingat seseorang pernah berkata sesuatu padaku. Berkata bahwa dia ingin menari di bawah hujan, bersamaku. Aku ingat saat dia berkata begitu, dia dalam keadaan tergeletak lemas di atas kasurnya. Dia tersenyum, untuk terakhir kalinya. Membuat kalimat ‘Saranghae’ menjadi kalimat terakhirnya sebelum kanker otak membawanya hilang, dan kalimat itu untukku.

“Eunjungie....”lirihku memanggil nama itu. Andai saja dia tidak kanker, andai saja dia tidak secepat ini pergi, mungkin sekarang dia akan menarik tanganku keluar dan mengajakku menari di bawah hujan. Membuatku mengikuti keinginannya dengan jurus aegyo+mata jenakanya+senyum yang selalu mampu melemahkanku. Dia yang mengetahui kelemahanku, mengetahui kesukaanku, mengetahui rahasiaku, mengetahui mimpi-mimpiku...

Aku tersenyum sendu mengingat kenangan-kenanganku bersamanya....

“Ah joesonghamnida. Aku tak sengaja menumpahkannya pada bajumu,”

“Yak! Matamu ada dimana sih? Kenap....,”ucapanku terhenti begitu melihat siapa yang baru saja menumpahkan ramyun panas ke tubuhku. Seketika saja panas dan kesal yang menderaku hilang begitu melihat gadis itu.

“Joesonghamnida, sunbae,”dia membungkukkan badan dan sekilas kulihat dia ketakutan melihatku begitu sadar aku adalah sunbae-nya.

“Ara ara. Tapi ada syaratnya untuk memaafkanmu,”aku memang jago untuk memanfaatkan keadaan.

“Apa, sunbae?”

“Kamu harus berkenalan denganku. Park Jimin imnida,”aku mengeluarkan senyum mautku dan uluran tanganku.

“Jeon Eunjung imnida. Bangapta, sunbae,”

Dan sejuta kenangan bersamanya menerjang otakku begitu saja. Membuatku menjadi lemah lagi. Aku menangis. Aku merindukan semua kenangan itu. Semuanya....

“Oppa, jangan latihan terlalu keras. Kalau kamu sakit kan jadi susah. Biar aku aja yang sakit, oppa nggak usaaah,”aku merindukan kata-katanya setiap kali aku menari selama berjam-jam.

“Oppa, kamu mencintaiku kan? Jangan berani pergi ninggalin aku atau aku bakal hantui oppa nanti hehe,”aku rindu tawanya setiap kali dia berkata begitu.

“Oppa, aku mempunyai satu mimpi. Menari bersamamu, di bawah hujan. Tapi aku tidak bisa menari, oppa mau ngajarin aku kan?”aku merindukan cengirannya, setiap kali dia berbicara soal mimpinya.

“Jeongsonghamnida, sunbae.. Eh Jimin Oppa,”aku rindu setiap kali dia memanggilku ‘Sunbae’ setelah aku memintanya untuk memanggilku ‘Oppa’.

“Oppa, aku takut. Kanker ini makin lama makin menyiksaku. Aku takut aku ninggalin oppa sendirian. Nanti yang bakal oppa jenguk setiap hari siapa dong?”aku merindukan candanya setiap kali dia ketakutan walau dia menangis. Aku merindukan merengkuh tubuh kurusnya untuk menenangkannya.

“Oppaa, kenapa kau menciumku tiba-tiba? Aish kau membuatku malu,”aku kangen frontalnya, kangen setiap kali pipinya memerah saat aku menciumnya.

“Oppaaaaaaa,”

“Sun.. eh Oppaa,”

“Oppa, tolong kabulin satu keinginanku ya, yang menari di bawah hujan. Walau aku udah nggak ada, kan masih ada kenanganku,”mendadak aku mengingat keingininannya di pagi sebelum dia pergi.

Hujan masih saja turun. Entah kenapa aku mendadak berfikir untuk menari di bawah hujan, sekarang. Segera aku berlari ke luar tempat latihanku dan bersiap menari. Untuk mewujudkan keinginan Eunjung yang belum tercapai, karena dia keburu pergi. Aku akan menari, di bawah hujan. Tetap bersamanya, walau dalam kenangan.....
_____.:::._____
Bi [Suga]

“YOONGI-AAAAAAAA”teriak seseorang yang sontak membuatku melempar asal bola basket yang sedang kubawa. Astaga suara ini, bisakah dia tidak menggangguku saat aku sedang bermain basket?

“HUH?”balasku dengan teriak juga. Gadis itu datang ke arahku dengan tetap tersenyum ceria.

“Yoongi-a, syukurlah kau disini. Aku mencarimu kemana-mana,”dan aku mencoba untuk menghindarimu.

“Wae?”sahutku dingin sambil mengambil bola basket yang kulempar tadi dan memainkannya lagi.

“Bisakah kau menemaniku untuk pergi ke taman bunga matahari? Aku ingin kesana sebentaar saja,”tanyanya dengan nada yang tetap ceria.

“Aku nggak bisa. Aku sibuk,”jawabku singkat, padat, dan jelas. Taman bunga matahari? Sudah lama aku tidak kesana, mengagumi bunga matahari yang tumbuh disana. Tapi pergi bersama gadis ini? Ah makasih, silahkan suruh yang lain saja.

“Sibuk apa? Sibuk bermain basket? Ayolah, Yoong yongg, temani akuuu~”katanya dengan nada yang tetap ceria. Apa dia tidak tau bahwa aku benci panggilan ‘Yoong Yoong dari dia? Apa dia tidak sadar bahwa aku membencinya?

Gadis ini adalah gadis yang ditunangkan denganku. Aku membencinya. Karena menurut kabar, dialah yang menyuruh kakak kembarnya, yang aku cintai, untuk berpacaran dengan mantannya (yang kebetulan adalah musuhku) di belakangku. Namanya Park EunBi, daan kakaknya Park RinAh. Sekarang RinAh sudah menikah, incident before marriage dengan Kim Hansol selingkuhannya itu. Dan aku hancur saat mengetahui semuanya, saat RinAh tiba-tiba bilang ke aku bahwa dia akan menikah, dengan musuhku, saat dia masih menjadi yeojaku! Lalu tiba-tiba saja aku dijodohkan dengan adiknya, yang aku benci setengah mati setelah tau dialah yang menyuruh kakaknya selingkuh.

“Bukan urusan...”

“Kamu mau bilang ini bukan urusanku? Yak! Kau ini tunanganku, apa aku tidak boleh mengurusi urusan tunanganku?”potongnya dengan nada yang –anehnya- tetap ceria. Michoso.

Aku benar-benar muak dengannya. “AKU BUKAN TUNANGANMU! BERHENTILAH MENGURUSIKU!”bentakku pada EunBi. “DAN LAGI YANG AKU CINTAI ADALAH RINAH KAKAKMU DAN BUKAN KAU! AKU MEMBENCIMU. PERGILAH DARI HIDUPKU, SELAMANYA!”bentakku lagi. Kulihat dia kehilangan senyum yang selalu terpasang disana. Dia mulai menangis. Dan aku mulai merasa bersalah.
Hei, Min Yoongi! Harusnya kau merasa lega bukannya bersalah!

 Sebelum sempat aku meminta maaf, dia sudah berkata,

“Baiklah, aku akan pergi. Selamanya. Sesuai dengan keinginanmu. Jika kepergianku adalah kebahagianmu, maka akan aku lakukan. Akan aku lakukan apapun demi membuatmu bahagia. Maaf buat semuanya. Aku mencintaimu...,”dia mumbungkukkan badan dan berbalik keluar dari lapangan basket ini. Seluruh badanku serasa lumpuh.

Perlahan dia berlari. Mendadak aku menoleh ke ujung jalan. Sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arah EunBi. Aku tetap membeku di tempat, bola basketku sudah bergelinding entah kemana. Aku ingin berteriak, namun mulutku kelu. Dan tabrakan itu tidak terhindarkan, dihiasi dengan teriakan terakhir EunBi dan hujan yang mulai turun.
_____.:::._____

Aku melangkahkan kaki ke taman bunga matahari. Berkunjung kesana, ke tempat favorit EunBi. Sejak kejadian yang sukses merenggut nyawa EunBi begitu saja, kehidupanku tidak pernah sama. Tidak ada yang memanggilku Yoong yong lagi, tidak ada yang tersenyum dengan idiotnya di sekitarku, tidak ada yang mengikutiku lagi, tidak ada sapaan ramah dengan senyum idiot setiap paginya, tidak ada yang membawakanku minum tiap kali aku selesai basket, tidak ada yang menemaniku pergi ke tempat-tempat favoritku, tidak ada yang membawakanku bekal lagi, tidak ada EunBi lagi.

Dulu aku membenci semua tindakannya, dan kini aku merindukannya. Aku terbiasa dengan kehadirannya, dan sekarang begitu saja hilang.

Hujan perlahan turun, membawa sejuta kenangan tentang EunBi di setiap tetesnya.

EunBi menyukai hujan, sama seperti namanya. Bi.

EunBi selalu berhujan-hujan setiap kali hujan turun, menarikku untuk bermain air dengannya.

EunBi selalu jatuh sakit setiap kali selesai hujan-hujan, dan terus menerus menggenggam tanganku selama tidurnya yang membuatku kesal.

EunBi akan selalu terbangun jika hujan turun saat dia tertidur.

EunBi suka bermain gitar, dan lagu favoritnya yang berhubungan dengan hujan.

EunBi pergi bersamaan dengan hujan yang mulai turun, di hari dimana aku menyuruhnya pergi selamanya. Di hari dia mengungkapkan bahwa dia memang mencintaiku.

Dan membuatku sadar bahwa semua yang dia lakukan selama ini adalah karena dia memang tulus mencintaiku.

Aku meraung dan berteriak mengingat itu semua. Brengsek, aku merindukannya sebanyak rintik hujan ini turun. Setiap bunyi hujan yang jatuh ke taman ini seperti suara EunBi memanggil namaku. Aku merindukannya.

EunBi, aku ingin sekali saja bertemu denganmu. Memelukmu, belajar mencintaimu, meminta maaf padamu, menjalani hidup bersamamu. Aku ingin kamu disampingku, menggangguku dengan semua tingkah lakumu.

Kilat menyambar dengan kencangnya, menyambar tempat ini. Menggosongkan bunga matahari disini, dan aku juga menjadi sasaran sambarannya. Aku bisa melihat EunBi tersenyum di dekatku, sebelum semuanya gelap dan kurasakan nyawaku pergi dari tubuhku.
_____.:::._____
Last Episode [V]

“Bang Sihyung PD-nim keterlaluan,”keluh Jin hyung. Kami semua sedang di dalam mobil, menunggu manager kembali ke mobil.

“Dalam 6 bulan kita sudah comeback 2 kali. Itu melelahkan,”keluhnya lagi.

“Sudahlah, hyung. ARMY kita pasti senang jika kita comeback. Walau melelahkan, tapi ini menyenangkan bukan?”sahut J-Hope hyung. Jimin dan Gold Mak menyetujui perkataan J-Hope hyung.

“Lagipula semakin banyak kita promosi semakin lamalah aku tidak sekolah hehe,”ucap si Gold Mak, Kook. Astaga, anak ini ketularan siapa sampai malas sekolah begini.

“Tapi aku lelah,”Jin hyung memijat-mijat pundaknya sendiri. Sebenarnya aku lelah sih comeback berkali-kali, namun setiap saat melihat ARMY mendukungku saat aku dan cs-ku ini perform, entah kenapa itu memunculkan kekuatan tersendiri bagiku.

“Aku lebih lelah. Aku harus mengurusi kalian + comeback yang melelahkan. Sudahlah, hyung. Berhentilah mengeluh. Inilah konsekuensi kita sebagai rookie,”sahut Mon leader. Jin hyung pun bungkam setelah mendengar kata-kata sang leader.

“Eh hujan!”seru Suga hyung yang daritadi diam saja. Aneh jika hyung yang satu itu diam._. kami semua serentak menoleh keluar jendela mobil. Benar saja, hujan turun dengan romantisnya.

“Eh eh eh eh, kalian ingat tidak saat kita syuting Bangtan Channel episode terakhir tidak?”tanya J-Hope hyung dengan semangat. Para hyungku dan Jungkook mengangguk. Tentu saja kami ingat, karena saat itu juga turun hujan dan kami memparodikan X-Man di ruang dance BigHitent.

“Dari semua episode show kita itu, aku hanya ingat saat Chuseok,”sahutku dengan nada kesal yang disambut tawa member Bangtan dan lemparan bantal yang ada di mobil dari J-Hope hyung.

“Yak! Jangan bahas itu lagi. Jangan membuatku ingat akan ciuman kitaa!”jerit Hope hyung.

“Dikira aku mau mengingatnya,”gerutuku kesal sambil menyerang balik J-Hope hyung.

“Tapi kalian so sweet sekali loh waktu itu. Ah, ulangi dong. Jeball,”sahut Suga hyung disertai anggukan Mon hyung. Sementara Jungkook hanya memasang tampang innocent dan Jimin tertawa terbahak-bahak bersama Jin hyung.

“Yak!”teriakku dan J-Hope hyung sambil bersama-sama menyerang Mon hyung dan Suga Hyung dengan bantal.

“Hei, Kim Taehyung, Jung Hoseok. Berani sekali kalian memanggilku dengan kata ‘Yak’ eoh?”amuk Suga hyung. Aku dan J-Hope hyung segera meminta maaf.

“Tapi aku masih heran. Dari semua episode Bangtan Channel, kenapa hanya Suga hyung yang dapat triple crown di end-plate? Lalu kenapa Jimin selalu saja kena hukuman di semua end-plate?”tanya Jungkook polos.

“Karena sesungguhnya End-Plate show dibaca ‘Jimin-Suga Show’ hahaha,”jawab J-Hope hyung dan Rapmon hyung bersamaan membuat kami tertawa terbahak-bahak.

“Tapi ada saat dimana aku sama sekali tidak kena End-Plate tau. Saat aku jadi king dan saat chu...,”ucapan Suga hyung terhenti saat aku dan Hope hyung sama-sama menyerangnya dengan bantal.

“Jangan ucapkan chuseok di depanku!”teriak kami berdua bersamaan. Jimin dan Kookie semakin semangat tertawa daritadi.

“Kalian bahkan semakin kompak haha,”kata Jimin di sela-sela tawanya. Trio J (Jimin, Jungkook, Jin hyung) makin memperkuat tawa mereka. Rapmon hyung bertingkah absurd (?) seperti biasanya. Sementara aku dan Hope hyung hanya saling melempar tatapan membunuh yang tajam.

“Aku ingin tau apa reaksi ARMY saat chuseok kemarin hahaha,”kata Jin hyung yang memegangi perutnya karena lelah tertawa.

“Mungkin para Hope stan dan V stan pada patah hati, lalu bergabung menjadi V-Hope stan hehehe,”jawab asal si Gold Mak.

“Tapi tapi dari semua end-plate cuman aku yang nggak pernah didandani jadi cewe hahaha,”teman satu line-ku tertawa evil. Semua memberku (termasuk aku ofc) menjitaknya.

“Yak! Appo! Salahku dimana? Taehyungie jadi peri ladybug, Jungkook jadi penari pake hanbok cewe, Hope hyung dilipstikin kayak cewe, Rapmon hyung jadi Sailormoon, sementara Jin hyung jadi cewek cina. Dan aku? Aku masih normal jadi cowo,” sahabatku ini mendapatkan hadiah satu jitakan lagi dari setiap member karena ucapannya tadi.

“Iyadeh iya aku salah, jeosonghamnida,”Jimin membuang muka ke luar jendela, lalu memasang headset putih kesayangannya. Kebiasaannya setiap kali dia mulai badmood. Lalu sunyi mencekam.

“Eh, manager sudah otw kesini,”seru Rapmon hyung yang sejak hening tadi melihat keluar jendela. Jimin yang tadi melihat ke sisi jendela yang berbeda dengan Rapmon hyung ikut melirik sebentar lalu kembali menikmati pemandangan di sebelahnya.

“Akhirnya pulang, aku sudah lelaaah~”Jin hyung merentangkan tangan hingga mengenaiku yang ada di sebelahnya.

“Hyung, appo!”seruku. “Mianhe, Taehyungie~”sahut Jin hyung tanpa merasa bersalah.

“Kkanji bagaimana ya di rumah, aku merindukannya. Aku ingin berma...”ucapan Kookie segera terhenti dengan teriakan dari Jimin.

“Aku yang pertama kali main sama Kkanji!”teriaknya sambil mempoutkan mulutnya. Dasar master pouting.

“Tapi, hyung...,”

“Pokoknya aku yang main sama Kkanji pertama kali, titik!”Jimin mempoutkan mulutnya lagi.

“Sudahlah, Kookie. Kamu bisa bermain dengan Kkanji kapan-kapan,”Mon hyung melerai semi-pertengkaran diantara Kookie dengan Jimin. Kookie pun setuju.

“Oh, manager hyung! Kau sudah sampai? Ayo segera pulang! Kami sudah capaai~”seru Jin hyung saat melihat manager kami sudah membuka mobil dan bersiap mengendarai van kami.


“Baiklah, aku juga sudah capai,”manager hyung segera tancap gas menuju dorm kami. Selama perjalanan aku melihat para member sudah tertidur meninggalkan aku terjaga sendirian. Dengan iseng aku memfoto wajah-wajah tidur para member. Lalu terkikik sendirian dan memprotect foto-foto hasil jepretanku tadi.

Dan tanpa sadar aku tertidur. Sebelum tidur aku sempat melihat member-member bangtan dan berkata, “Selamat tidur, member bangtan. Saranghamnida,”lalu aku pun ikut tertidur di bahu Jin hyung.
_____.:::._____

Shadow [J-Hope]

“Mai-ya~”tanganku melingkar di pinggangnya. Kurasakan reflek kaget yang sudah aku hafal setiap kali kupeluk gadis ini.

“Ya! Hoseok-ah! Sudah kubilang jangan pernah memelukku!”bentak Mai, sahabatku. Aku terkekeh melihat tingkahnya sambil menarik tanganku.

“Emang kenapa sih kalo aku peluk eoh?”tanyaku jahil. “Kau malu tapi mau eoh? Kkk,”lanjutku sambil merangkulnya.

“Orang-orang mengira kita pacaran, pabo! Ish, siapa juga yang mau jadi pacar orang gila sepertimu,”jawabnya dengan nada kesal. Jantungku serasa di tusuk saat dia bilang seperti itu. Reflek aku memegang jantungku yang mendadak nyeri.

“Hoseok-ah? Gwaenchanha?”dia memegang pundakku lalu memutar badanku sampai berhadapan dengannya. Kulihat raut wajahnya khawatir. Baru saja aku ingin menjawab,

“Ah, Namjoon oppa!” dia menarik tangannya dari pundakku lalu berlari menuju Namjoon hyung, partner-ku untuk membuat lagu. Mereka terlihat akrab berdua, membuatku penasaran sekaligus cemburu setengah mati.

Aku menyukai Mai.

“Hoseok-ah, palli sini!”Mai memanggilku untuk mendekati mereka. Aku melangkahkan kaki dengan berat dan memasang senyum idiotku seperti biasa.

“Hope-ah? Annyeong,”sapa Namjoon hyung denga ramah yang lebih dari biasanya.

“Ah, hyung. Annyeong,”sapaku balik dengan fake smile-ku lagi.

“Loh, jadi kamu sudah kenal dengan Hoseok-ah, chagi?”tangan Mai bergelayut di tangan Namjoon hyung. Wait, chagi?

“Mai, apa...”pertanyaan yang akan aku lontarkan dibalas dengan perkataan yang membuat jantungku terasa nyeri lagi.

“Hoseok-ah, kenalin. Dia.. namjachingu-ku,”
_____.:::._____

Aku menjauhi Mai dan Namjoon hyung  setelah tau mereka berpacaran. Aku tau Namjoon hyung, dia orang yang gak bakal melepas apa yang dia cintai. Dan aku tau, Namjoon hyung sangat mencintai Mai.

Tapi aku tau, bahwa Namjoon hyung tidak memiliki waktu panjang. Dia mengidap leukimia dan hanya orang-orang terdekatnya yang mengetahuinya. Aku kini menjadi bayangan hubungan mereka, menunggu malaikat maut mengambil nyawa Namjoon hyung.

Astaga, aku tak pernah sejahat ini sebelumnya.
_____.:::._____

Hari yang aku tunggu tiba. Hari dimana nyawa Namjoon hyung menghilang dari raganya. Mai masih saja awet menggenggam tangan Namjoon hyung sejak hilangnya nyawa hyung sejam yang lalu. Sungai air mata masih mengalir di pipinya. Sama seperti derasnya hujan yang turun untuk pertama kalinya tahun ini.

Mai-ah, akankah kau menangisiku jika yang terbaring itu adalah aku?

“Mai, relakanlah. Dia sudah pergi,”aku mencoba menenangkannya, membuatnya bergantung padaku. Jahat memang.

“Hoseok-ah, dia sudah pergi. Dia nggak lagi di sisiku..,”aku memeluk tubuh kecilnya. Mengelus punggungnya. Tidak ada reflek kaget dari tubuhnya, hanya tangan yang meremas punggungku. Aku menyukai refleknya kali ini.

“Tapi kini aku sendiri.. Hoseok-ah, kau takkan pernah meninggalkanku kan?”tanyanya dalam isaknya. Aku menghirup puncak kepalanya lalu mengecupnya pelan.

“Nggak akan pernah. Aku menyayangimu, Mai. Nggak akan pernah aku biarkan kau menangis seperti ini lagi,”janjiku pada Mai. Kudengar samar-samar Mai berkata, ‘gomawo’.

Aku memilikimu saat Namjoon hyung, orang yang kamu sayangi, pergi saat hujan datang. Biarkanlah kini aku jahat karena memilikimu, karena aku lelah menjadi bayanganmu.
_____.:::._____

Appa, Eomma, I miss you [Jungkook]

Aku terduduk di kasurku dan melihat hyung-hyungku masih tertidur lelap. Bahkan Jin hyung yang biasa bangun pertama pun masih tertidur. Aku terduduk di pinggir kasurku. Aku menyeka keringat dingin yang menetes dari pelipisku. Hujan terdengar sangat deras dari balik jendela kamar kami disertai petir yang berkilat-kilat. Aku terbangun karena  bermimpi buruk.

Mimpi buruk. Tentang eomma dan appa.

Aku merindukan mereka....
_____.:::._____
“Eomma! Appa!!”teriakku malam itu. Eomma dan appa masuk ke kamarku. Aku segera memeluk eomma.

“Gwaenchanha, Jungkook-ah? Waeyo?”appa duduk di sebelahku, lalu mengelus kepalaku.

“Aku bermimpi buruk, appa, eomma...,”jawabku dengan terisak.

“Aigoo, Jungkook-ah. Uljima, disini ada Eomma sama Appa. Tidur lagi ya,”eomma membelaiku, dan sukses membuatku masuk ke alam mimpi indahku.
_____.:::._____

“Jungkook-ah, kajja kita makan. Jin hyung sudah menyiapkan makanan nih,”suara V hyung yang ceria sukses membuatku terbangun dari mimpiku. Aku mengerjapkan mata dan melihat V hyung sudah di depanku. Aku melirik sebentar ke dia, lalu menutup mata lagi. Berencana untuk melanjutkan mimpi.

“Jungkook-ah, jangan tidur lagi. Kau bisa sakit jika tidak makan,”V hyung menggoncangkan badanku. Aku menggeliat sebentar, lalu berbalik arah.

“Yak! Jeon Jungkook! Bangunlah! Kasihan Jin hyung sudah memasakkan makanan yang enaknya kebangetan. Ayolah~”V hyung makin semangat membuat gempa buatan kecil-kecilan di atas kasurku. Aku tetap mengacangi V hyung. Kudengar V hyung menghela nafas lalu keluar kamar kita. Tak lama berselang, kurasakan ada seseorang yang memasuki kamar kami. Kasurku terasa ada yang membebaninya di belakang punggungku, tanda orang itu sedang duduk di kasurku.

“Jungkook-ah,”Jimin hyung. Aku malas membalasnya.

“Jungkook-ah,”Jimin hyung masih ada di sini. Dan aku masih tidak membalasnya.

“Jungkook-aaah,”suara Jimin naik satu oktaf. Aku yakin hyung yang lain akan mendengarnnya.

“Kookie-ah Kookie-aah,”Jimin hyung makin menaikkan suaranya. Kurasakan ada banyak orang yang memasuki kamar. Aku yakin hyung-hyungku pada ke sini semua.

“Dia kenapa sih?”kudengar Yoongi hyung bertanya.

“Molla!”teriak Jimin dan V hyung. Aku rasa mereka kesal karena tidak sukses membangunkanku.

“Jungkook...,”kini suara Mon hyung yang terdengar.

“Jungkook-ah, ireonaaa. Kajjaa~”kini Jin hyung lah yang mencoba sambil mengelusku. Aku masih tidak bergeming.

“Aku menyerah,”kudengar helaan nafas yang u kenal dari Rapmon hyung, Jin hyung, dan Yoongi hyung.

“Sudah kami  bilang kan!”teriak Jimin dan V hyung.

“Biar aku yang menangani dia,”kudengar Hope hyung bersuara dengan nada jahil. Jimin hyung sepertinya tau apa maksudnya Hope hyung, jadi dia bangun dan menahan tertawa.

“JEON JUNGKOOOOKKKKK!”kurasakan badanku ditimpa sesuatu yang berat, dan aku yakin itu adalah Hope hyung. Hope hyung bangkit dari badanku, namun tidak menyingkir dari kasurku. Jimin, Mon, dan Suga hyung sudah tertawa terbahak-bahak. Tsk.

Kurasakan yang lebih parah daripada berat badan Hope hyung di atas badanku, Hope hyung memelukku sambil mengelitiku dari belakang.

“Hyung nggak akan berhenti sampai kau bangun, Gold Mak~”seru  hyungku yang stress ini sambil terus mengelitiku. Kurasakan di kakiku juga ada peyerangan gelitikan.

“Hyung, biar aku bantu!”teriak V. Dasar V-Hope.

“Arasseo, arasseo! Aku bangun!”teriakku sambil berusaha menyingkirkan V-Hope dari badanku.

“Akhirnya. Kau kenapa, Jungkook-ah?”tanya Jin hyung sambil duduk di pinggir kasurku. Sekilas Jin hyung menoleh ke arah Rapmon hyung, lalu hyung-hyungku yang lain meninggalkan kami berdua.

“Cerita saja. Kau lebih senang jika tidak di sini kan?”skak. jin hyung selalu tau aku tidak suka menangis di depan orang lain.

“Hyung,”

“Hmm?”

“Aku bermimpi buruk. Aku merindukan eomma sama appa di Busan”ceritaku. Aku mulai menceritakan tentang mimpiku tadi malam, dan kebiasaan orang tuaku saat aku bangun tidur.

“Aku yakin eomma dan appa-mu di Busan juga merindukanmu. Ini buktinya,”Jin hyung menunjukkan sebuah surat dengan amplop yang khas dari orang tuaku.

“Tadi pagi baru sampai. Mereka menyuruhmu untuk tidak telat makan. Kajja kita makan,”kata Jin hyung saat aku membaca surat dari eomma dan appa. Tanpa sadar aku menangis.

“Hyung, aku kangen eomma dan appa...,”

“Shh, uljima... Kajja makan. Kau tidak ingin mereka khawatir kan?”kata-kata Jin hyung sukses membuatku bangun. Jin hyung terkekeh lalu beriringan menuju ke meja makan.

Selesai makan, hujan mengguyur Seoul lagi, dan aku segera memegang tangan Jin hyung. Hyungku itu hanya tersenyum lalu mengelusku.

Eomma, Appa, bogoshipo.....
_____.:::._____
Song for You (Rap Monster)

“Hyung, kau di dalam?”ku menoleh ke arah pintu dan melihat Jimin masuk ke ruangan audio ini.

“Seperti yang kau lihat,”aku tersenyum lalu melanjutkan acara menulis lagu yang tadi sempat terhenti. Jimin duduk di sebelahku lalu duduk di sebelahku.

“Oh jadi hyung sedang menciptakan lagu? Bolehkan aku menemanimu? Siapa tau kau mendapatkan pencerahan dariku hehe,”dasar orang ini, narsisnya nggak pernah berkurang. Aku pun menjitaknya.

“Appo, hyung!”teriak Jimin. Aku hanya melengos sambil melanjutkan menulis lagu.
Kenapa setibanya anak ini aku kehilangan ideku. Aku menoleh ke arah Jimin  yang sedang bermain dengan miniatur yang ada di ruangan ini.

“Jiminnie,”

“Ne, hyung?”

“Mau ku ceritakan alasan di balik lagu ini?”
_____.:::._____

“Namjoon oppa! Kau berkunjung?!”sahutnya ceria.

“Tentu saja, pabo! Sudah kubilang aku bakal mengunjungimu tiap hari!”

“Mianhe, kau tau kan aku mudah lupa akhir-akhir ini,”dia menjulurkan lidahnya. Dasar.

“Namjoon oppa, kau beneran ingin trainee? Kau akan jarang mengunjungiku dong,”tanyanya polos. Aku duduk di kasur putihnya dan mengelus ujung kepalanya.

“Akan ku usahakan bisa mengunjungimu, chagi,”
_____.:::._____

“Lalu, hyung? Kau masih mengunjunginya?”tanya Jimin antusias.

“Kau tau kan aku sering keluar saat kita waktu senggang?”Jimin mengangguk antusias.

“Kau mengunjunginya?”Jimin membelalakkan matanya. Sorot matanya seakan berkata, ‘Kau gila mngunjungi seorang gadis sementara sebagai idol kita mempunyai sasaeng fans!’

“Iya, tapi di tempat yang berbeda. Mau ku ajak kesana? Kebetulan hari ini hari ulang tahunnya,”
_____.:::._____

Sorenya, aku dan Jimin pergi ke tempatnya. Jimin hanya terkejut saat aku menuju sebuah makam.

“Hyung...,”suara Jimin terdengar heran bercampur terkejut.

“Hyosung-ah, ini aku. Saengil chukkae, ne,”aku mengelus nisan di depanku. Aku menaruh bunga lili putih di depannya, lalu memulai menyanyi lagu ‘Happy Birthday’ untuk dia.

“Aku ingin menepati janjiku. Aku akan menyanyikanmu lagu khusus seperti yang kau minta,”kurasakan Jimin duduk di sebelahku. Aku mulai menyanyikan lagu yang telah aku buat.

“Jiminnie, kau mungkin heran kenapa kesini. Ya, seperti yang kau lihat. 9 bulan yang lalu tempat inilah yang aku tuju untuk mengunjungi gadis yang aku bilang. Penyakitnya merenggutnya begitu cepat. Sebelum pergi, dia memintaku untuk menciptakan lagu tentang kepergiannya, yang kebetulan saat hujan. Aku menurutinya, seperti yang kau tau tentang lagu ini,”ceritaku pada Jimin.

“Jadi..., dia sudah...,”

“Iya, dia sudah meninggal. Eh, kajja kita pulang. Song hyung menyuruh kita pulang. Hyosung-ah, aku pulang dulu ya. Tenang-tenanglah disana, bogoshipo..,”aku menarik tangan Jimin sebelum dia banyak komen. Aku dan dia di serang oleh hening selama perjalanan pulang. Selama pulang, ku senandungkan lagu yang ku ciptakan.

You’re gone when it’s raining
You’re leaving when I need you
You’re not here any more because you leave forever
You, the person who I missed for, saranghae

_____.:::._____

Princess who Cried Under the Rain (Kim Seok Jin)

“ Daseul! Kau mau apa di atas sana?! Turunlah!”teriakku pada gadis di atas balkon tersebut. Astaga, anak itu kenapa lagi.

“Andwae! Aku gamau! Untuk apa lagi aku hidup?! Aku nggak bergunaaaa!”teriaknya balik. Orang-orang mulai berkerumun. Ini tambah gawat.

“Daseul, ayolah jangan bercanda. Kumohon jangan loncat,”teriakku. Aku benar-benar panik. Kumohon jangan loncat.

“Kau ingin aku turun kan?”tanyanya. Aku segera mengangguk, namun segera  kusadari aku salah untuk mengangguk.

“TIDAAK, DASEUL! KAU JANGAN....,”tubuh mungil Daseul jatuh di hadapanku. Darahnya menyiprat kemana-mana.

“DASEUL!”
_____.:::._____
Syukurlah dari kejadian tersebut, Daseul masih diberikan kesempatan hidup. Aku menemaninya dalam komanya. Menunggu tiap hari hingga dia terbangun. Merawatnya sepenuh hati.

Aku memegang tangannya. Dan berfikir apa yang dia rasakan sekarang.
Daseul, gadis buta yang selalu menjadi korban bully dari teman-temannya. Aku selalu dipaksa untuk ikut membullynya, walau aku tak mau. Daseul, teman sekelasku yang buta. Aku jatuh hati padanya, sejak awal kami bertemu. Dia baik, namun sayang dia sudah hidup sendiri sejak bayi. Dia, yang tak pernah melihat, selalu merasa sendiri. Aku yang kebetulan adalah tetangganya, sering menemaninya secara diam-diam. Aku tak paham kenapa gadis itu dijauhi. Sebisa mungkin aku mencoba dia tersenyum. Namun inilah puncaknya, dia memilih bunuh diri setelah di bully habis-habisan oleh teman sekelas kami.

Kurasakan tangan Daseul bergerak. Matanya sedikit demi sedikit mengerjap.

“DASEUL? KAU BANGUN!”
_____.:::._____

Aku mendorong kursi roda Daseul ke arah taman. Aku menemaninya pergi ke tempat kesukaannya. Daseul sejak terbangun 2 minggu lalu masih saja terdiam dan tidak membalas perkataanku sama sekali. Kami berhenti di bawah pohon ek besar dan beristirahat di bawah sana.

“Daseul, tak apa kau tak melihatku ataupun membalasku. Kau masih bisa mendengar kan?”tanyaku sambil mengelus wajahnya.

“Aku ingin kau mendengarkan nyanyianku. Kumohon dengarkan, ya”aku memulai menyanyi dengan lembutnya.

Beauty queen of only eighteen
She had some trouble with herself
He was always there to help her
She always belonged to someone else
I drove for miles and miles and wound up at your door
I’ve had you so many times but somehow I want more
I don’t mind spending every day
Out on your corner in the pouring rain
Look for the girl with the broken smile
Ask her if she wants to stay awhile
And she will be loved
And she will be loved

I know where you hide alone in your car
Know all of the things that make you who you are
I know that goodbye means nothing at all
Comes back and begs me to catch her everytime she falls

Selesai menyanyi, ku lihat ada butiran air mata di pipinya bersamaan dengan hujan yang turun. Aku bersiap untuk mendorong kursi roda Daesul, namun dia menahannya.

“Menyanyilah lagi,”pintanya. Tanpa banyak tanya lagi kunyanyikan lagu tadi lagi.
Sampai ke 5 kalinya aku menyanyi, aku meminta Daesul untuk berhenti. Tubuhku mulai menggigil, begitu pula dengannya. Tapi lagi dan lagi dia memintaku untuk bertahan.

“Menurutmu, aku itu apa?”tanyanya.

“Huh?”

“Jawablah! Jika kau sudah menjawab baru kita berteduh!”bentaknya yang membuatku sedikit terkejut.

“Kau adalah Daseul. Kim Daseul. A blind princess who like to cry under the rain, who already stole my heart 13 years ago,”setelah kujawab itu, Daseul semakin menangis. Tanpa banyak cing cong lagi aku mendorong kursi rodanya ke tempat yang aman dari hujan.

“Seok Jin-ah.. Nado saranghae,”ucapnya perlahan lalu tertidur di kursi rodanya.
“Daseul-ah, saranghae. I’ll never ever make you lonely. I don't care if everyone is your enemy and I'll be hated too. As long it was with you, it's ok.”

_____Kkeuutt____

Aaaah mic test 1 2 mic test 1 2 *test mic bareng Lay*

Akhirnya nih ff selesai-_-- nista ya? ampun :') gabisa dapet feelnya ya? maaf><
Oiya, lirik yang di nyanyikan sama Rapmon itu gaada lagunya._. itu hanya pengawuran semata._. mianhe.____.
udah deh, tolong review+comment nya ya^^

Much love,
Bunny Stee



1 komentar:

  1. hohoho.. Bagus thor!
    Aku lebih suka sama ceritanya Jimin ;)

    BalasHapus