Theme : Sad, Friendship, Romance
Duration : One-Shoot. (1560 words)
Cast :
~Zhang Yixing (Lay EXO)
~Park Hyura
Note : Cerita ini tentang Yixing sama Hyura pas Yixing masih di Korea. Ini bisa dibilang sequel dari WHAT IS LOVE? . Cerita milik author, jangan ada plagiat. Kalo ada kesamaan ide mohon maaf. Enjoy~~
HYURA POV
“Ya! Park
Hyuraaa~~” seseorang memanggilku, mungkin. Aku tidak begitu mempedulikan suara
itu karena aku terlalu sibuk dengan lagu yang terputar melalui headsetku. Sepertinya
orang itu terlalu kesal karena aku tidak segera menyahut, jadi dia memukul
kepalaku.
“Ya! Appo,”
sahutku dan mengusap kepalaku yang dipukulnya. Aku mencopot headsetku dan
menoleh ke belakang lalu terkejut melihat siapa yang memukulku –yang sedang
memasang wajah sebal.
“Ah, Yixing-aa...,”aku cengar cengir, pasti tadi
aku membuatnya sangat kesal.
“Ya! Park Hyura!
Apakah kau tuli? Atau saking pelupanya kamu hingga lupa sama suaraku hah?”omel
Yixing. Mulutnya mengerucut dan tatapannya seperti tatapan ibu-ibu cerewet
memarahi anaknya yang biasa kulihat di tv.
“Mianhe,
sepertinya aku terlalu asik mendengarkan musik hingga mengabaikanmu. Jeongmal
mianhe,”aku memasang senyum malaikatku, berharap itu bisa menghilangkan emosi
dari Yixing, dan itu gak pernah gagal karena Yixing pernah bilang bahwa dia
menyukai senyumanku.
“Arasseo arasseo.
Kupikir kau marah padaku, atau cuek, atau sengaja kacangin aku,”emosi Yixing menyurut. Dia menyodorkan sebuah jajan
kepadaku. Lays.
“Makanlah,
kuperhatikan kamu belum makan sejak istirahat tadi,”kata Yixing.
“Kau menyuruhku
memakan dirimu?”candaku (Yixing berkata bahwa dia lebih senang dipanggil dengan
nama panggilan yang dia buat sendiri,
Lay, daripada nama aslinya).
“Berhentilah
menghinaku. Lay itu keren tau,”astaga, aku menyulut emosinya setelah dia
tenang.
“Ara ara. Lay
keren kok. Aku hanya bercanda , Yixing-aah,”aku memohon maaf lagi dengan
senjata pamungkasku untuk melunakkan hatinya Lay, senyumanku.
“Gwaenchanha, asal
jangan menghina Lay lagi. Masih mau Lays?”tawarnya dengan senyuman dan lesung
pipinya. Oke, ini artinya Lay sudah dalam posisi ‘aman’.
“Semuanya
untukku?”tanyaku dengan mengeluarkan dua kartu as-ku untuk membuat Lay menurut
padaku, senyuman mautku dan puppy eyes. Selama aku bersahabat dengan Lay, kedua
hal itu tidak pernah gagal.
“Oh mm, tentu
saja. Nih,”Lay menyodorkan satu bungkus Lays-nya. Aah, beruntung aku memiliki
sahabat sepertinya...
“Gomawooo, Zhang
Yixing-aah. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu,”ujarku sambil mencubit
pipinya.
LAY POV
“Gomawooo, Zhang
Yixing-aah. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu,”ujar Hyura sambil
mencubit pipiku.
Sahabat. Entah
mengapa aku mengharapkan yang lebih dari itu. Sejak pertemuan kami yang
pertama, aku sudah menaruh hati padanya. Sayangnya dia hanya menganggapku
sebagai sahabat, nggak lebih.
Hyura, can you
see me? Can you feel my heart? Just once....
“Aku kan memang
baik, tidak sepertimu. Sahabat yang ngacangin
sahabatnya sendiri,”sindirku dengan senyum, untuk menyembunyikan sakit hatiku
karena Hyura secara terang-terangan mengungkapkan bahwa dia hanya menganggapku
sahabat.
“Aku kan sudah
meminta maaf. Kau masih saja sebal?”tanyanya sambil mengeluarkan puppy
eyes-nya, hal yang sangat aku sukai darinya. Aku memegang tangannya yang masih
mencubit pipiku. Merasakan halusnya tangannya yang mencubitku.Mengelusnya
perlahan. Sejenak aku terhipnotis dengan kehalusan tangannya. Aku memejamkan
mata, membuatku makin merasakan tangannya lebih detail. Aku mulai merasakan
detak jantungku semakin cepat.
Hyura, can you
feel it?
“Yixing?”suara
itu menyadarkanku. Aku segera membuka mata dan melihat Hyura menatapku heran.
“Ah, mianhe,”aku
terburu-buru melepaskan tanganku, dengan sedikit tidak rela.
“Gwaenchanhayo?”tanyanya.
“Hu um. Belum
kamu makan juga? Makanlah,” tanyaku.
“Oh iya. Kamu
mau?”tawarnya. Aku ingin mengiyakan, mengingat aku belum makan sejak pagi,
namun aku menahannya. Melihatmu makan
mampu membuatku kenyang.
“Anii,
habiskanlah sendiri,”kataku sambil tersenyum. Dia tersorak kegirangan dan
memakannya. Dia seperti tidak pernah makan Lays sebelumnya.
“Hyura, ingat
umurmu. Kau 17 tahun, bukan anak berumur 7 tahun,”aku menertawai tingkahnya
yang seperti anak kecil. Dia terhenyak dan mulai memakan Lays sesuai umur. Aku
tersenyum melihatnya.
“Benar kamu tidak
mau?”tawarnya dengan mulut penuh.
“Anii. Kau rakus
sekali, lihat banyak remahan Lays di sekitar mulutmu,”aku membersihkan remahan
lays yang ada di sekitar mulutnya. Aku menahan diri untuk tidak terhipnotis
dengan bibirnya saat tanganku menyentuhnya.
“Ah,
gomawo,”ucapnya sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum.
HYURA POV
Lay hari ini aneh
sekali. Ah, bukan hanya hari ini, tapi juga akhir-akhir ini. Dia suka memegang
tanganku, meremasnya, atau mengelusnya. Dan setiap kali ia melakukannya,
matanya selalu terpejam.
Hei, Zhang
Yixing-aah. Kau kenapa sih?
Akhir-akhir ini
dia juga sering membelikanku makan, keuntungan untukku. Aku jadi menghemat uang
jajanku akhir-akhir ini. Yixing, kau memang sahabatku yang aneh, dan juga
paling baik di dunia ini.
Yixing sudah
kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Dia memberikanku, secara cuma-cuma, kasih
sayang yang jarang aku rasakan.
Sejak kecil aku
hanya menerima kasih sayang dari pengurus panti asuhan. Orang tuaku membuangku.
Lalu saat aku berumur 15 tahun, aku berkata pada pengurus bahwa aku mau hidup
sendiri. Tabungan yang selama ini aku kumpulkan aku gunakan untuk menyewa
sebuah flat. Lalu aku bekerja sambilan di cafe sebelah flat-ku. Syukurlah aku
selalu mendapat beasiswa tiap tahun karena prestasiku.
Aku tidak pernah
merasakan kasih sayang dari sebuah keluarga, tapi Yixing mampu memberikannya
kepadaku.
“Hyura, boleh aku
bertanya sesuatu?”tanya Yixing saat aku masih menghabiskan Lays yang dia
berikan hari ini, dia tau banget aku suka
Lays.
“Hmm?”sahutku
karena mulutku masih penuh dengan Lays.
“Kamu...punya
orang yang kamu suka?”tanya Yixing dengan, firasatku saja sih, nada hati-hati. Seakan
jawaban yang akan aku keluarkan akan mengubah hidupnya.
“Umm, anii. Wae?”aku
berkata jujur apa adanya. Aku memang tidak memiliki orang yang kusukai.
Hei, wait. Apa
aku salah lihat atau apa. Wajah Lay mendadak berubah murung setelah mengetahui
jawabanku. Lay yang ceria itu bisa murung? Terjadi keheningan di antara kami
berdua.
“Lay, gwaenchanha?”tanyaku
sambil menepuk pundaknya. Lay sedikit terkejut dan menoleh padaku.
“Ah, umm...,”jawabnya
sedikit gugup. Mendadak bel berbunyi dan Lay pamit kembali ke tempatnya.
Ya, Zhang Yixing.
Kau makin aneh saja.
LAY POV
Aku merasa
terpukul saat mengetahui jawaban dari Hyura. Itu artinya dia hanya menganggapku
sahabat, nggak lebih. Zhang Yixiiiing, kau harusnya tau bahwa dia hanya
menganggapmu sahabaat. Kau malah mengambil resiko yang lebih, dengan berani
menanyakan siapa yang lagi dia taksir. Dasar pabooooo.
Aku melangkah
gontai ke apartemen-ku. Aku benar-benar terpukul. Aku yakin Hyura heran akan
sikapku ini. Aku ingin menjauh darinya, untuk mengobati luka yang aku rasakan.
Mendadak telpon
apartemen-ku berbunyi. Aku segera mengangkatnya.
“Yixing, ini
mama. Bisakah kau kembali ke China?”cerocos mamaku di China. Suaranya terdengar
panik dan seperti ada masalah.
“Kenapa?”aku
benar-benar ikut panik sekarang mendengar suara mamaku yang panik.
“Nenekmu
meninggal. Kembalilah ke China, sekarang. Biar mama yang bilang ke sekolahmu,”oke
aku makin terpukul sekarang.
“Baiklah, aku
akan segera pulang. Mungkin besok aku berangkat,”mamaku mengerti dan menutup
telpon.
Ada satu hal yang
harus aku selesaikan, mengakui perasaanku pada Hyura.
Jadi, di sinilah aku sekarang. Di atas ayunan
di taman bermain di dekat flat-nya Hyura. Aku menunggunya dalam keadaan kacau
balau. Rambutku yang biasanya tertata rapi kini acak-acakan tidak karuan. Wajahku
pucat pasi dan jantungku berdegup sangat kencang.
Hyura datang
tepat waktu. Dia masih mengenakan seragam kerjanya, menandakan dia baru selesai
kerja.
“Lay, ada apa? Apa
yang ingin kamu sampaikan?”tanyanya dengan nada heran.
“Kumohon jangan
shock dengan apa yang akan aku ucapkan,”dia mengangguk.
“Besok aku pulang
ke China. Nenekku meninggal dan mamaku memintaku untuk menetap disana. Aku juga
baru saja mengurusi keluarnya aku dari sekolah,”Hyura memasang wajah sedih,
bahkan hampir menangis. Astaga, kumohon jangan menangis di hadapanku.
“Lalu... ada satu
pengakuan dariku,”susah payah aku mengeluarkan suara. Hyura hampir saja
menangis. Kumohon jangan menangis...
Aku tetap
melanjutkan kata-kataku dan Hyura tetap diam. Kupikir dia tidak tau apa yang
harus dia ucapkan.
“Saranghae...”desisku
lirih. Aku berharap itu tidak terdengar, namun itu tidak mungkin. Bahkan suaraku
tetap terdengar di taman yang sepi ini.
Mata Hyura
membulat dan kaget akan pernyataanku. Entah kenapa mendadak dia menangis dan
aku panik akan itu.
Zhang Yixing, kau cerdas sekali membuat orang yang kau cintai menangis.
HYURA POV
Aku benar-benar
terkejut mendengar berita yang dibawa Lay. Aku baru saja menyelesaikan jam
kerjaku dan menerima sms dari Lay bahwa ada yang perlu aku tau.
Pertama, Lay
kembali ke China. Aku tau bahwa dia memang orang China, dan bukan sekali dua
kali dia pergi ke China. Tapi kali ini dia bilang dia akan menetap di sana. Aku
merasa terpukul akan itu. Aku hampir saja meneteskan air mata. Aku tak mau dia
pergi, dia sahabatku yang berarti.
Kedua, wait. Dia hanya
berbisik tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas. Lay mencintaiku? Sejak kapan?
Aku terkejut. Jadi selama ini dia mencintaiku? Makanya dia peduli padaku
sebesar itu.
“Sejak pertama
kali kita bertemu waktu itu, sejak itulah aku jatuh padamu. Aku menginginkan
lebih darimu, tapi kau hanya menganggapku sebagai sahabat. Jadi yasudahlah, itu
cukup bagiku,”Lay tersenyum kepadaku. Aku jadi merasa bersalah.
“Mianhe... aku
tidak tau..”aku sungguh-sungguh merasa bersalah. Kurasakan air mataku mulai
keluar dari bendungannya. Lay tersenyum dan menghapus lelehan air mata di
pipiku.
“Gwaenchanha. Janganlah
menangis. Aku pernah bilang padamu bahwa aku menyukai senyumanmu kan? Tersenyumlah,”ujar
Lay lembut. Aku memaksakan tersenyum.
“Nah, ini baru
Park Hyura yang kusuka,”ujarnya sambil sedikit tertawa. Aku ikut tertawa, walau
gentir.
Setelah itu kami
berbincang-bincang sebentar dan dia berpamitan padaku. Dia bilang pesawat yang
akan dia tumpangi saat jam-jam sekolah, jadi aku tidak bisa mengantarnya. Aku berjanji
padanya akan ke China mengunjunginya saat aku sempat. Sementara dia ragu bisa
berkunjung ke Korea.
Aku menatap
punggung Lay yang semakin menghilang dari pandanganku. Aku kembali tersenyum,
lalu menangis lagi.
Zhang Yixing,
terima kasih sudah menemaniku, memberikanku kasih sayang yang tidak pernah aku
rasakan. Kamsahamnida....
LAY POV
Setahun setelah
kepulanganku ke China. Aku mendengar bahwa Hyura memiliki kekasih sekarang,
Park Chanyeol. Aku sedikit patah hati mendengarnya. Namun saat mendengar bahwa
dia bahagia, aku turut bahagia.
Aku masih
menunggunya hingga sekarang.
Tapi yasudahlah,
selama Hyura bahagia aku akan ikut bahagia. Selalu seperti itu.
Aku sama Hyura
lost contact sejak 3 bulan terakhir ini, dan aku mengetahui keadaannya dari
teman-teman sekelasku yang tau aku menyukai Hyura.
Aku masih di
dalam kesedihan. Aku termenung di pinggir lapangan basket saat sebuah bola
basket menggelinding ke arahku.
“Hei, Yixing! Lemparkan
bolanya!”teriak seseorang kepadaku. Aku mengambil bola dan menengadah melihat
siapa yang berteriak tadi.
“Ah! Kris ge!
Tangkap!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar