Author : Sapphire Tee
| Cast : Park Jimin [Jimin BTS], Min Yoongi [Suga BTS], Kim Taehyung [V BTS],
Jung Hoseok [J-Hope BTS], Jeon Jungkook [Jungkook BTS], Kim Namjoon [Rap
Monster BTS], Kim Seok Jin [Jin BTS], OC’s | Duration : 4114 word|
Genre : Describe it by yourself._.v
Note : ini kumpulan ficlet-nya Bangtan Boys. Member BTS milik
iBigHitent, kecuali Jimin milik author>< *plakk*. Don’t be plagiat and
silent readers. Saran+review dibutuhkan>< Kalo samaan ide maaf nggak
sengaja._.
_____.:::._____
1Dance Under the Rain [Jimin]
“Oppa, aku pengen deh nari di bawah hujan
gitu. Kayaknya seru gitu,”
“Dan aku maunya nari sama sunbae, sama
seorang Park Jimin,”
“Kenapa aku?”
“Karena kamu orang yang aku cintai, Jimin
oppa.... Saranghae....”
Kenangan itu kembali lagi menyerangku.
Seiring dengan turunnya hujan di Busan pagi ini. Aku menghentikan latihanku dan
menatap keluar jendela. Hujan turun dengan romantisnya. Membawa semua kenangan
pahit itu.
Aku ingat seseorang pernah berkata sesuatu
padaku. Berkata bahwa dia ingin menari di bawah hujan, bersamaku. Aku ingat
saat dia berkata begitu, dia dalam keadaan tergeletak lemas di atas kasurnya.
Dia tersenyum, untuk terakhir kalinya. Membuat kalimat ‘Saranghae’ menjadi
kalimat terakhirnya sebelum kanker otak membawanya hilang, dan kalimat itu
untukku.
“Eunjungie....”lirihku memanggil nama itu.
Andai saja dia tidak kanker, andai saja dia tidak secepat ini pergi, mungkin
sekarang dia akan menarik tanganku keluar dan mengajakku menari di bawah hujan.
Membuatku mengikuti keinginannya dengan jurus aegyo+mata jenakanya+senyum yang
selalu mampu melemahkanku. Dia yang mengetahui kelemahanku, mengetahui
kesukaanku, mengetahui rahasiaku, mengetahui mimpi-mimpiku...
Aku tersenyum sendu mengingat
kenangan-kenanganku bersamanya....
“Ah joesonghamnida. Aku tak sengaja
menumpahkannya pada bajumu,”
“Yak! Matamu ada dimana sih? Kenap....,”ucapanku
terhenti begitu melihat siapa yang baru saja menumpahkan ramyun panas ke
tubuhku. Seketika saja panas dan kesal yang menderaku hilang begitu melihat
gadis itu.
“Joesonghamnida, sunbae,”dia membungkukkan
badan dan sekilas kulihat dia ketakutan melihatku begitu sadar aku adalah
sunbae-nya.
“Ara ara. Tapi ada syaratnya untuk
memaafkanmu,”aku memang jago untuk memanfaatkan keadaan.
“Apa, sunbae?”
“Kamu harus berkenalan denganku. Park
Jimin imnida,”aku mengeluarkan senyum mautku dan uluran tanganku.
“Jeon Eunjung imnida. Bangapta, sunbae,”
Dan sejuta kenangan bersamanya menerjang
otakku begitu saja. Membuatku menjadi lemah lagi. Aku menangis. Aku merindukan
semua kenangan itu. Semuanya....
“Oppa, jangan latihan terlalu keras. Kalau
kamu sakit kan jadi susah. Biar aku aja yang sakit, oppa nggak usaaah,”aku merindukan kata-katanya setiap kali aku menari
selama berjam-jam.
“Oppa, kamu mencintaiku kan? Jangan berani
pergi ninggalin aku atau aku bakal hantui oppa nanti hehe,”aku rindu tawanya setiap kali dia berkata begitu.
“Oppa, aku mempunyai satu mimpi. Menari
bersamamu, di bawah hujan. Tapi aku tidak bisa menari, oppa mau ngajarin aku
kan?”aku merindukan cengirannya, setiap kali
dia berbicara soal mimpinya.
“Jeongsonghamnida, sunbae.. Eh Jimin Oppa,”aku rindu setiap kali dia memanggilku ‘Sunbae’ setelah
aku memintanya untuk memanggilku ‘Oppa’.
“Oppa, aku takut. Kanker ini makin lama
makin menyiksaku. Aku takut aku ninggalin oppa sendirian. Nanti yang bakal oppa
jenguk setiap hari siapa dong?”aku
merindukan candanya setiap kali dia ketakutan walau dia menangis. Aku
merindukan merengkuh tubuh kurusnya untuk menenangkannya.
“Oppaa, kenapa kau menciumku tiba-tiba?
Aish kau membuatku malu,”aku
kangen frontalnya, kangen setiap kali pipinya memerah saat aku menciumnya.
“Oppaaaaaaa,”
“Sun.. eh Oppaa,”
“Oppa, tolong kabulin satu keinginanku ya,
yang menari di bawah hujan. Walau aku udah nggak ada, kan masih ada
kenanganku,”mendadak aku mengingat keingininannya di
pagi sebelum dia pergi.
Hujan masih saja turun. Entah kenapa aku
mendadak berfikir untuk menari di bawah hujan, sekarang. Segera aku berlari ke
luar tempat latihanku dan bersiap menari. Untuk mewujudkan keinginan Eunjung
yang belum tercapai, karena dia keburu pergi. Aku akan menari, di bawah hujan.
Tetap bersamanya, walau dalam kenangan.....
_____.:::._____
Bi [Suga]
“YOONGI-AAAAAAAA”teriak seseorang yang
sontak membuatku melempar asal bola basket yang sedang kubawa. Astaga suara
ini, bisakah dia tidak menggangguku saat aku sedang bermain basket?
“HUH?”balasku dengan teriak juga. Gadis
itu datang ke arahku dengan tetap tersenyum ceria.
“Yoongi-a, syukurlah kau disini. Aku
mencarimu kemana-mana,”dan aku mencoba untuk menghindarimu.
“Wae?”sahutku dingin sambil mengambil bola
basket yang kulempar tadi dan memainkannya lagi.
“Bisakah kau menemaniku untuk pergi ke
taman bunga matahari? Aku ingin kesana sebentaar saja,”tanyanya dengan nada
yang tetap ceria.
“Aku nggak bisa. Aku sibuk,”jawabku
singkat, padat, dan jelas. Taman bunga matahari? Sudah lama aku tidak kesana,
mengagumi bunga matahari yang tumbuh disana. Tapi pergi bersama gadis ini? Ah
makasih, silahkan suruh yang lain saja.
“Sibuk apa? Sibuk bermain basket? Ayolah,
Yoong yongg, temani akuuu~”katanya dengan nada yang tetap ceria. Apa dia tidak
tau bahwa aku benci panggilan ‘Yoong Yoong dari dia? Apa dia tidak sadar bahwa
aku membencinya?
Gadis ini adalah gadis yang ditunangkan
denganku. Aku membencinya. Karena menurut kabar, dialah yang menyuruh kakak
kembarnya, yang aku cintai, untuk berpacaran dengan mantannya (yang kebetulan
adalah musuhku) di belakangku. Namanya Park EunBi, daan kakaknya Park RinAh.
Sekarang RinAh sudah menikah, incident before marriage dengan
Kim Hansol selingkuhannya itu. Dan aku hancur saat mengetahui semuanya, saat
RinAh tiba-tiba bilang ke aku bahwa dia akan menikah, dengan musuhku, saat dia
masih menjadi yeojaku! Lalu tiba-tiba saja aku dijodohkan dengan adiknya, yang
aku benci setengah mati setelah tau dialah yang menyuruh kakaknya selingkuh.
“Bukan urusan...”
“Kamu mau bilang ini bukan urusanku? Yak!
Kau ini tunanganku, apa aku tidak boleh mengurusi urusan tunanganku?”potongnya
dengan nada yang –anehnya- tetap ceria. Michoso.
Aku benar-benar muak dengannya. “AKU BUKAN
TUNANGANMU! BERHENTILAH MENGURUSIKU!”bentakku pada EunBi. “DAN LAGI YANG AKU
CINTAI ADALAH RINAH KAKAKMU DAN BUKAN KAU! AKU MEMBENCIMU. PERGILAH DARI
HIDUPKU, SELAMANYA!”bentakku lagi. Kulihat dia kehilangan senyum yang selalu
terpasang disana. Dia mulai menangis. Dan aku mulai merasa bersalah.
Hei, Min Yoongi! Harusnya kau merasa lega
bukannya bersalah!
Sebelum sempat aku meminta maaf, dia
sudah berkata,
“Baiklah, aku akan pergi. Selamanya.
Sesuai dengan keinginanmu. Jika kepergianku adalah kebahagianmu, maka akan aku
lakukan. Akan aku lakukan apapun demi membuatmu bahagia. Maaf buat semuanya.
Aku mencintaimu...,”dia mumbungkukkan badan dan berbalik keluar dari lapangan
basket ini. Seluruh badanku serasa lumpuh.
Perlahan dia berlari. Mendadak aku menoleh
ke ujung jalan. Sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arah EunBi. Aku
tetap membeku di tempat, bola basketku sudah bergelinding entah kemana. Aku
ingin berteriak, namun mulutku kelu. Dan tabrakan itu tidak terhindarkan,
dihiasi dengan teriakan terakhir EunBi dan hujan yang mulai turun.
_____.:::._____
Aku melangkahkan kaki ke taman bunga
matahari. Berkunjung kesana, ke tempat favorit EunBi. Sejak kejadian yang
sukses merenggut nyawa EunBi begitu saja, kehidupanku tidak pernah sama. Tidak
ada yang memanggilku Yoong yong lagi, tidak ada yang tersenyum dengan idiotnya
di sekitarku, tidak ada yang mengikutiku lagi, tidak ada sapaan ramah dengan
senyum idiot setiap paginya, tidak ada yang membawakanku minum tiap kali aku
selesai basket, tidak ada yang menemaniku pergi ke tempat-tempat favoritku,
tidak ada yang membawakanku bekal lagi, tidak ada EunBi lagi.
Dulu aku membenci semua tindakannya, dan
kini aku merindukannya. Aku terbiasa dengan kehadirannya, dan sekarang begitu
saja hilang.
Hujan perlahan turun, membawa sejuta
kenangan tentang EunBi di setiap tetesnya.
EunBi menyukai hujan, sama seperti
namanya. Bi.
EunBi selalu berhujan-hujan setiap kali
hujan turun, menarikku untuk bermain air dengannya.
EunBi selalu jatuh sakit setiap kali
selesai hujan-hujan, dan terus menerus menggenggam tanganku selama tidurnya
yang membuatku kesal.
EunBi akan selalu terbangun jika hujan
turun saat dia tertidur.
EunBi suka bermain gitar, dan lagu
favoritnya yang berhubungan dengan hujan.
EunBi pergi bersamaan dengan hujan yang
mulai turun, di hari dimana aku menyuruhnya pergi selamanya. Di hari dia
mengungkapkan bahwa dia memang mencintaiku.
Dan membuatku sadar bahwa semua yang dia
lakukan selama ini adalah karena dia memang tulus mencintaiku.
Aku meraung dan berteriak mengingat itu
semua. Brengsek, aku merindukannya sebanyak rintik hujan ini turun. Setiap
bunyi hujan yang jatuh ke taman ini seperti suara EunBi memanggil namaku. Aku
merindukannya.
EunBi, aku ingin sekali saja bertemu
denganmu. Memelukmu, belajar mencintaimu, meminta maaf padamu, menjalani hidup
bersamamu. Aku ingin kamu disampingku, menggangguku dengan semua tingkah
lakumu.
Kilat menyambar dengan kencangnya,
menyambar tempat ini. Menggosongkan bunga matahari disini, dan aku juga menjadi
sasaran sambarannya. Aku bisa melihat EunBi tersenyum di dekatku, sebelum
semuanya gelap dan kurasakan nyawaku pergi dari tubuhku.
_____.:::._____
Last Episode [V]
“Bang Sihyung PD-nim keterlaluan,”keluh
Jin hyung. Kami semua sedang di dalam mobil, menunggu manager kembali ke mobil.
“Dalam 6 bulan kita sudah comeback 2 kali.
Itu melelahkan,”keluhnya lagi.
“Sudahlah, hyung. ARMY kita pasti senang
jika kita comeback. Walau melelahkan, tapi ini menyenangkan bukan?”sahut J-Hope
hyung. Jimin dan Gold Mak menyetujui perkataan J-Hope hyung.
“Lagipula semakin banyak kita promosi
semakin lamalah aku tidak sekolah hehe,”ucap si Gold Mak, Kook. Astaga, anak
ini ketularan siapa sampai malas sekolah begini.
“Tapi aku lelah,”Jin hyung memijat-mijat
pundaknya sendiri. Sebenarnya aku lelah sih comeback berkali-kali, namun setiap
saat melihat ARMY mendukungku saat aku dan cs-ku ini perform, entah kenapa itu
memunculkan kekuatan tersendiri bagiku.
“Aku lebih lelah. Aku harus mengurusi
kalian + comeback yang melelahkan. Sudahlah, hyung. Berhentilah mengeluh.
Inilah konsekuensi kita sebagai rookie,”sahut Mon leader. Jin hyung pun bungkam
setelah mendengar kata-kata sang leader.
“Eh hujan!”seru Suga hyung yang daritadi
diam saja. Aneh jika hyung yang satu itu diam._. kami semua serentak menoleh
keluar jendela mobil. Benar saja, hujan turun dengan romantisnya.
“Eh eh eh eh, kalian ingat tidak saat kita
syuting Bangtan Channel episode terakhir tidak?”tanya J-Hope hyung dengan
semangat. Para hyungku dan Jungkook mengangguk. Tentu saja kami ingat, karena
saat itu juga turun hujan dan kami memparodikan X-Man di ruang dance BigHitent.
“Dari semua episode show kita itu, aku
hanya ingat saat Chuseok,”sahutku dengan nada kesal yang disambut tawa member
Bangtan dan lemparan bantal yang ada di mobil dari J-Hope hyung.
“Yak! Jangan bahas itu lagi. Jangan
membuatku ingat akan ciuman kitaa!”jerit Hope hyung.
“Dikira aku mau mengingatnya,”gerutuku
kesal sambil menyerang balik J-Hope hyung.
“Tapi kalian so sweet sekali loh waktu
itu. Ah, ulangi dong. Jeball,”sahut Suga hyung disertai anggukan Mon hyung.
Sementara Jungkook hanya memasang tampang innocent dan Jimin tertawa
terbahak-bahak bersama Jin hyung.
“Yak!”teriakku dan J-Hope hyung sambil
bersama-sama menyerang Mon hyung dan Suga Hyung dengan bantal.
“Hei, Kim Taehyung, Jung Hoseok. Berani
sekali kalian memanggilku dengan kata ‘Yak’ eoh?”amuk Suga hyung. Aku dan
J-Hope hyung segera meminta maaf.
“Tapi aku masih heran. Dari semua episode
Bangtan Channel, kenapa hanya Suga hyung yang dapat triple crown di end-plate?
Lalu kenapa Jimin selalu saja kena hukuman di semua end-plate?”tanya Jungkook
polos.
“Karena sesungguhnya End-Plate show dibaca
‘Jimin-Suga Show’ hahaha,”jawab J-Hope hyung dan Rapmon hyung bersamaan membuat
kami tertawa terbahak-bahak.
“Tapi ada saat dimana aku sama sekali
tidak kena End-Plate tau. Saat aku jadi king dan saat chu...,”ucapan Suga hyung
terhenti saat aku dan Hope hyung sama-sama menyerangnya dengan bantal.
“Jangan ucapkan chuseok di depanku!”teriak
kami berdua bersamaan. Jimin dan Kookie semakin semangat tertawa daritadi.
“Kalian bahkan semakin kompak haha,”kata
Jimin di sela-sela tawanya. Trio J (Jimin, Jungkook, Jin hyung) makin
memperkuat tawa mereka. Rapmon hyung bertingkah absurd (?) seperti biasanya.
Sementara aku dan Hope hyung hanya saling melempar tatapan membunuh yang tajam.
“Aku ingin tau apa reaksi ARMY saat chuseok
kemarin hahaha,”kata Jin hyung yang memegangi perutnya karena lelah tertawa.
“Mungkin para Hope stan dan V stan pada
patah hati, lalu bergabung menjadi V-Hope stan hehehe,”jawab asal si Gold Mak.
“Tapi tapi dari semua end-plate cuman aku
yang nggak pernah didandani jadi cewe hahaha,”teman satu line-ku tertawa evil.
Semua memberku (termasuk aku ofc) menjitaknya.
“Yak! Appo! Salahku dimana? Taehyungie
jadi peri ladybug, Jungkook jadi penari pake hanbok cewe, Hope hyung
dilipstikin kayak cewe, Rapmon hyung jadi Sailormoon, sementara Jin hyung jadi
cewek cina. Dan aku? Aku masih normal jadi cowo,” sahabatku ini mendapatkan
hadiah satu jitakan lagi dari setiap member karena ucapannya tadi.
“Iyadeh iya aku salah,
jeosonghamnida,”Jimin membuang muka ke luar jendela, lalu memasang headset
putih kesayangannya. Kebiasaannya setiap kali dia mulai badmood. Lalu sunyi
mencekam.
“Eh, manager sudah otw kesini,”seru Rapmon
hyung yang sejak hening tadi melihat keluar jendela. Jimin yang tadi melihat ke
sisi jendela yang berbeda dengan Rapmon hyung ikut melirik sebentar lalu
kembali menikmati pemandangan di sebelahnya.
“Akhirnya pulang, aku sudah lelaaah~”Jin
hyung merentangkan tangan hingga mengenaiku yang ada di sebelahnya.
“Hyung, appo!”seruku. “Mianhe,
Taehyungie~”sahut Jin hyung tanpa merasa bersalah.
“Kkanji bagaimana ya di rumah, aku
merindukannya. Aku ingin berma...”ucapan Kookie segera terhenti dengan teriakan
dari Jimin.
“Aku yang pertama kali main sama
Kkanji!”teriaknya sambil mempoutkan mulutnya. Dasar master pouting.
“Tapi, hyung...,”
“Pokoknya aku yang main sama Kkanji
pertama kali, titik!”Jimin mempoutkan mulutnya lagi.
“Sudahlah, Kookie. Kamu bisa bermain
dengan Kkanji kapan-kapan,”Mon hyung melerai semi-pertengkaran diantara Kookie
dengan Jimin. Kookie pun setuju.
“Oh, manager hyung! Kau sudah sampai? Ayo
segera pulang! Kami sudah capaai~”seru Jin hyung saat melihat manager kami
sudah membuka mobil dan bersiap mengendarai van kami.
“Baiklah, aku juga sudah capai,”manager
hyung segera tancap gas menuju dorm kami. Selama perjalanan aku melihat para
member sudah tertidur meninggalkan aku terjaga sendirian. Dengan iseng aku
memfoto wajah-wajah tidur para member. Lalu terkikik sendirian dan memprotect
foto-foto hasil jepretanku tadi.
Dan tanpa sadar aku tertidur. Sebelum
tidur aku sempat melihat member-member bangtan dan berkata, “Selamat tidur,
member bangtan. Saranghamnida,”lalu aku pun ikut tertidur di bahu Jin hyung.
_____.:::._____
Shadow [J-Hope]
“Mai-ya~”tanganku melingkar di
pinggangnya. Kurasakan reflek kaget yang sudah aku hafal setiap kali kupeluk
gadis ini.
“Ya! Hoseok-ah! Sudah kubilang jangan
pernah memelukku!”bentak Mai, sahabatku. Aku terkekeh melihat tingkahnya sambil
menarik tanganku.
“Emang kenapa sih kalo aku peluk
eoh?”tanyaku jahil. “Kau malu tapi mau eoh? Kkk,”lanjutku sambil merangkulnya.
“Orang-orang mengira kita pacaran, pabo!
Ish, siapa juga yang mau jadi pacar orang gila sepertimu,”jawabnya dengan nada
kesal. Jantungku serasa di tusuk saat dia bilang seperti itu. Reflek aku
memegang jantungku yang mendadak nyeri.
“Hoseok-ah? Gwaenchanha?”dia memegang
pundakku lalu memutar badanku sampai berhadapan dengannya. Kulihat raut
wajahnya khawatir. Baru saja aku ingin menjawab,
“Ah, Namjoon oppa!” dia menarik tangannya
dari pundakku lalu berlari menuju Namjoon hyung, partner-ku untuk membuat lagu.
Mereka terlihat akrab berdua, membuatku penasaran sekaligus cemburu setengah
mati.
Aku menyukai Mai.
“Hoseok-ah, palli sini!”Mai memanggilku
untuk mendekati mereka. Aku melangkahkan kaki dengan berat dan memasang senyum
idiotku seperti biasa.
“Hope-ah? Annyeong,”sapa Namjoon hyung
denga ramah yang lebih dari biasanya.
“Ah, hyung. Annyeong,”sapaku balik dengan fake
smile-ku lagi.
“Loh, jadi kamu sudah kenal dengan
Hoseok-ah, chagi?”tangan Mai bergelayut di tangan Namjoon hyung. Wait, chagi?
“Mai, apa...”pertanyaan yang akan aku
lontarkan dibalas dengan perkataan yang membuat jantungku terasa nyeri lagi.
“Hoseok-ah, kenalin. Dia..
namjachingu-ku,”
_____.:::._____
Aku
menjauhi Mai dan Namjoon hyung setelah tau mereka berpacaran. Aku tau
Namjoon hyung, dia orang yang gak bakal melepas apa yang dia cintai. Dan aku
tau, Namjoon hyung sangat mencintai Mai.
Tapi aku tau, bahwa Namjoon hyung tidak
memiliki waktu panjang. Dia mengidap leukimia dan hanya orang-orang terdekatnya
yang mengetahuinya. Aku kini menjadi bayangan hubungan mereka, menunggu
malaikat maut mengambil nyawa Namjoon hyung.
Astaga, aku tak pernah sejahat ini
sebelumnya.
_____.:::._____
Hari yang aku tunggu tiba. Hari dimana
nyawa Namjoon hyung menghilang dari raganya. Mai masih saja awet menggenggam
tangan Namjoon hyung sejak hilangnya nyawa hyung sejam yang lalu. Sungai air
mata masih mengalir di pipinya. Sama seperti derasnya hujan yang turun untuk
pertama kalinya tahun ini.
Mai-ah, akankah kau menangisiku jika yang
terbaring itu adalah aku?
“Mai, relakanlah. Dia sudah pergi,”aku
mencoba menenangkannya, membuatnya bergantung padaku. Jahat memang.
“Hoseok-ah, dia sudah pergi. Dia nggak
lagi di sisiku..,”aku memeluk tubuh kecilnya. Mengelus punggungnya. Tidak ada
reflek kaget dari tubuhnya, hanya tangan yang meremas punggungku. Aku menyukai
refleknya kali ini.
“Tapi kini aku sendiri.. Hoseok-ah, kau
takkan pernah meninggalkanku kan?”tanyanya dalam isaknya. Aku menghirup puncak
kepalanya lalu mengecupnya pelan.
“Nggak akan pernah. Aku menyayangimu, Mai.
Nggak akan pernah aku biarkan kau menangis seperti ini lagi,”janjiku pada Mai.
Kudengar samar-samar Mai berkata, ‘gomawo’.
Aku memilikimu saat Namjoon hyung, orang
yang kamu sayangi, pergi saat hujan datang. Biarkanlah kini aku jahat karena
memilikimu, karena aku lelah menjadi bayanganmu.
_____.:::._____
Appa, Eomma, I miss you [Jungkook]
Aku terduduk di kasurku dan melihat
hyung-hyungku masih tertidur lelap. Bahkan Jin hyung yang biasa bangun pertama
pun masih tertidur. Aku terduduk di pinggir kasurku. Aku menyeka keringat
dingin yang menetes dari pelipisku. Hujan terdengar sangat deras dari balik
jendela kamar kami disertai petir yang berkilat-kilat. Aku terbangun
karena bermimpi buruk.
Mimpi buruk. Tentang eomma dan appa.
Aku merindukan mereka....
_____.:::._____
“Eomma! Appa!!”teriakku malam itu. Eomma
dan appa masuk ke kamarku. Aku segera memeluk eomma.
“Gwaenchanha, Jungkook-ah? Waeyo?”appa
duduk di sebelahku, lalu mengelus kepalaku.
“Aku bermimpi buruk, appa,
eomma...,”jawabku dengan terisak.
“Aigoo, Jungkook-ah. Uljima, disini ada
Eomma sama Appa. Tidur lagi ya,”eomma membelaiku, dan sukses membuatku masuk ke
alam mimpi indahku.
_____.:::._____
“Jungkook-ah, kajja kita makan. Jin hyung
sudah menyiapkan makanan nih,”suara V hyung yang ceria sukses membuatku
terbangun dari mimpiku. Aku mengerjapkan mata dan melihat V hyung sudah di
depanku. Aku melirik sebentar ke dia, lalu menutup mata lagi. Berencana untuk
melanjutkan mimpi.
“Jungkook-ah, jangan tidur lagi. Kau bisa
sakit jika tidak makan,”V hyung menggoncangkan badanku. Aku menggeliat
sebentar, lalu berbalik arah.
“Yak! Jeon Jungkook! Bangunlah! Kasihan
Jin hyung sudah memasakkan makanan yang enaknya kebangetan. Ayolah~”V hyung
makin semangat membuat gempa buatan kecil-kecilan di atas kasurku. Aku tetap
mengacangi V hyung. Kudengar V hyung menghela nafas lalu keluar kamar kita. Tak
lama berselang, kurasakan ada seseorang yang memasuki kamar kami. Kasurku terasa
ada yang membebaninya di belakang punggungku, tanda orang itu sedang duduk di
kasurku.
“Jungkook-ah,”Jimin hyung. Aku malas
membalasnya.
“Jungkook-ah,”Jimin hyung masih ada di
sini. Dan aku masih tidak membalasnya.
“Jungkook-aaah,”suara Jimin naik satu
oktaf. Aku yakin hyung yang lain akan mendengarnnya.
“Kookie-ah Kookie-aah,”Jimin hyung makin
menaikkan suaranya. Kurasakan ada banyak orang yang memasuki kamar. Aku yakin
hyung-hyungku pada ke sini semua.
“Dia kenapa sih?”kudengar Yoongi hyung
bertanya.
“Molla!”teriak Jimin dan V hyung. Aku rasa
mereka kesal karena tidak sukses membangunkanku.
“Jungkook...,”kini suara Mon hyung yang
terdengar.
“Jungkook-ah, ireonaaa. Kajjaa~”kini Jin
hyung lah yang mencoba sambil mengelusku. Aku masih tidak bergeming.
“Aku menyerah,”kudengar helaan nafas yang
u kenal dari Rapmon hyung, Jin hyung, dan Yoongi hyung.
“Sudah kami bilang kan!”teriak Jimin
dan V hyung.
“Biar aku yang menangani dia,”kudengar
Hope hyung bersuara dengan nada jahil. Jimin hyung sepertinya tau apa maksudnya
Hope hyung, jadi dia bangun dan menahan tertawa.
“JEON JUNGKOOOOKKKKK!”kurasakan badanku
ditimpa sesuatu yang berat, dan aku yakin itu adalah Hope hyung. Hope hyung
bangkit dari badanku, namun tidak menyingkir dari kasurku. Jimin, Mon, dan Suga
hyung sudah tertawa terbahak-bahak. Tsk.
Kurasakan yang lebih parah daripada berat
badan Hope hyung di atas badanku, Hope hyung memelukku sambil mengelitiku dari
belakang.
“Hyung nggak akan berhenti sampai kau
bangun, Gold Mak~”seru hyungku yang stress ini sambil terus mengelitiku.
Kurasakan di kakiku juga ada peyerangan gelitikan.
“Hyung, biar aku bantu!”teriak V. Dasar
V-Hope.
“Arasseo, arasseo! Aku bangun!”teriakku
sambil berusaha menyingkirkan V-Hope dari badanku.
“Akhirnya. Kau kenapa, Jungkook-ah?”tanya
Jin hyung sambil duduk di pinggir kasurku. Sekilas Jin hyung menoleh ke arah
Rapmon hyung, lalu hyung-hyungku yang lain meninggalkan kami berdua.
“Cerita saja. Kau lebih senang jika tidak
di sini kan?”skak. jin hyung selalu tau aku tidak suka menangis di depan orang
lain.
“Hyung,”
“Hmm?”
“Aku bermimpi buruk. Aku merindukan eomma
sama appa di Busan”ceritaku. Aku mulai menceritakan tentang mimpiku tadi malam,
dan kebiasaan orang tuaku saat aku bangun tidur.
“Aku yakin eomma dan appa-mu di Busan juga
merindukanmu. Ini buktinya,”Jin hyung menunjukkan sebuah surat dengan amplop
yang khas dari orang tuaku.
“Tadi pagi baru sampai. Mereka menyuruhmu
untuk tidak telat makan. Kajja kita makan,”kata Jin hyung saat aku membaca surat
dari eomma dan appa. Tanpa sadar aku menangis.
“Hyung, aku kangen eomma dan appa...,”
“Shh, uljima... Kajja makan. Kau tidak
ingin mereka khawatir kan?”kata-kata Jin hyung sukses membuatku bangun. Jin
hyung terkekeh lalu beriringan menuju ke meja makan.
Selesai makan, hujan mengguyur Seoul lagi,
dan aku segera memegang tangan Jin hyung. Hyungku itu hanya tersenyum lalu
mengelusku.
Eomma, Appa, bogoshipo.....
_____.:::._____
Song for You (Rap Monster)
“Hyung, kau di dalam?”ku menoleh ke arah
pintu dan melihat Jimin masuk ke ruangan audio ini.
“Seperti yang kau lihat,”aku tersenyum
lalu melanjutkan acara menulis lagu yang tadi sempat terhenti. Jimin duduk di
sebelahku lalu duduk di sebelahku.
“Oh jadi hyung sedang menciptakan lagu?
Bolehkan aku menemanimu? Siapa tau kau mendapatkan pencerahan dariku
hehe,”dasar orang ini, narsisnya nggak pernah berkurang. Aku pun menjitaknya.
“Appo, hyung!”teriak Jimin. Aku hanya
melengos sambil melanjutkan menulis lagu.
Kenapa setibanya anak ini aku kehilangan
ideku. Aku menoleh ke arah Jimin yang sedang bermain dengan miniatur yang
ada di ruangan ini.
“Jiminnie,”
“Ne, hyung?”
“Mau ku ceritakan alasan di balik lagu
ini?”
_____.:::._____
“Namjoon oppa! Kau berkunjung?!”sahutnya
ceria.
“Tentu saja, pabo! Sudah kubilang aku
bakal mengunjungimu tiap hari!”
“Mianhe, kau tau kan aku mudah lupa
akhir-akhir ini,”dia menjulurkan lidahnya. Dasar.
“Namjoon oppa, kau beneran ingin trainee?
Kau akan jarang mengunjungiku dong,”tanyanya polos. Aku duduk di kasur putihnya
dan mengelus ujung kepalanya.
“Akan ku usahakan bisa mengunjungimu,
chagi,”
_____.:::._____
“Lalu, hyung? Kau masih
mengunjunginya?”tanya Jimin antusias.
“Kau tau kan aku sering keluar saat kita
waktu senggang?”Jimin mengangguk antusias.
“Kau mengunjunginya?”Jimin membelalakkan
matanya. Sorot matanya seakan berkata, ‘Kau gila mngunjungi seorang gadis
sementara sebagai idol kita mempunyai sasaeng fans!’
“Iya, tapi di tempat yang berbeda. Mau ku
ajak kesana? Kebetulan hari ini hari ulang tahunnya,”
_____.:::._____
Sorenya, aku dan Jimin pergi ke tempatnya.
Jimin hanya terkejut saat aku menuju sebuah makam.
“Hyung...,”suara Jimin terdengar heran
bercampur terkejut.
“Hyosung-ah, ini aku. Saengil chukkae,
ne,”aku mengelus nisan di depanku. Aku menaruh bunga lili putih di depannya,
lalu memulai menyanyi lagu ‘Happy Birthday’ untuk dia.
“Aku ingin menepati janjiku. Aku akan
menyanyikanmu lagu khusus seperti yang kau minta,”kurasakan Jimin duduk di
sebelahku. Aku mulai menyanyikan lagu yang telah aku buat.
“Jiminnie, kau mungkin heran kenapa
kesini. Ya, seperti yang kau lihat. 9 bulan yang lalu tempat inilah yang aku
tuju untuk mengunjungi gadis yang aku bilang. Penyakitnya merenggutnya begitu
cepat. Sebelum pergi, dia memintaku untuk menciptakan lagu tentang
kepergiannya, yang kebetulan saat hujan. Aku menurutinya, seperti yang kau tau
tentang lagu ini,”ceritaku pada Jimin.
“Jadi..., dia sudah...,”
“Iya, dia sudah meninggal. Eh, kajja kita
pulang. Song hyung menyuruh kita pulang. Hyosung-ah, aku pulang dulu ya.
Tenang-tenanglah disana, bogoshipo..,”aku menarik tangan Jimin sebelum dia
banyak komen. Aku dan dia di serang oleh hening selama perjalanan pulang.
Selama pulang, ku senandungkan lagu yang ku ciptakan.
You’re gone when it’s raining
You’re leaving when I need you
You’re not here any more because you leave forever
You, the person who I missed for, saranghae
_____.:::._____
Princess who Cried Under the Rain (Kim
Seok Jin)
“ Daseul! Kau mau apa di atas sana?!
Turunlah!”teriakku pada gadis di atas balkon tersebut. Astaga, anak itu kenapa
lagi.
“Andwae! Aku gamau! Untuk apa lagi aku
hidup?! Aku nggak bergunaaaa!”teriaknya balik. Orang-orang mulai berkerumun.
Ini tambah gawat.
“Daseul, ayolah jangan bercanda. Kumohon
jangan loncat,”teriakku. Aku benar-benar panik. Kumohon jangan loncat.
“Kau ingin aku turun kan?”tanyanya. Aku
segera mengangguk, namun segera kusadari aku salah untuk mengangguk.
“TIDAAK, DASEUL! KAU JANGAN....,”tubuh
mungil Daseul jatuh di hadapanku. Darahnya menyiprat kemana-mana.
“DASEUL!”
_____.:::._____
Syukurlah dari kejadian tersebut, Daseul
masih diberikan kesempatan hidup. Aku menemaninya dalam komanya. Menunggu tiap
hari hingga dia terbangun. Merawatnya sepenuh hati.
Aku memegang tangannya. Dan berfikir apa
yang dia rasakan sekarang.
Daseul, gadis buta yang selalu menjadi
korban bully dari teman-temannya. Aku selalu dipaksa untuk ikut membullynya,
walau aku tak mau. Daseul, teman sekelasku yang buta. Aku jatuh hati padanya,
sejak awal kami bertemu. Dia baik, namun sayang dia sudah hidup sendiri sejak
bayi. Dia, yang tak pernah melihat, selalu merasa sendiri. Aku yang kebetulan
adalah tetangganya, sering menemaninya secara diam-diam. Aku tak paham kenapa gadis
itu dijauhi. Sebisa mungkin aku mencoba dia tersenyum. Namun inilah puncaknya,
dia memilih bunuh diri setelah di bully habis-habisan oleh teman sekelas kami.
Kurasakan tangan Daseul bergerak. Matanya
sedikit demi sedikit mengerjap.
“DASEUL? KAU BANGUN!”
_____.:::._____
Aku mendorong kursi roda Daseul ke arah
taman. Aku menemaninya pergi ke tempat kesukaannya. Daseul sejak terbangun 2
minggu lalu masih saja terdiam dan tidak membalas perkataanku sama sekali. Kami
berhenti di bawah pohon ek besar dan beristirahat di bawah sana.
“Daseul, tak apa kau tak melihatku ataupun
membalasku. Kau masih bisa mendengar kan?”tanyaku sambil mengelus wajahnya.
“Aku ingin kau mendengarkan nyanyianku.
Kumohon dengarkan, ya”aku memulai menyanyi dengan lembutnya.
Beauty queen of only eighteen
She had some trouble with herself
He was always there to help her
She always belonged to someone else
I drove for miles and miles and wound up
at your door
I’ve had you so many times but somehow I want more
I don’t mind spending every day
Out on your corner in the pouring rain
Look for the girl with the broken smile
Ask her if she wants to stay awhile
And she will be loved
And she will be loved
I know where you hide alone in your car
Know all of the things that make you who you are
I know that goodbye means nothing at all
Comes back and begs me to catch her everytime she falls
Selesai menyanyi, ku lihat ada butiran air
mata di pipinya bersamaan dengan hujan yang turun. Aku bersiap untuk mendorong
kursi roda Daesul, namun dia menahannya.
“Menyanyilah lagi,”pintanya. Tanpa banyak
tanya lagi kunyanyikan lagu tadi lagi.
Sampai ke 5 kalinya aku menyanyi, aku
meminta Daesul untuk berhenti. Tubuhku mulai menggigil, begitu pula dengannya.
Tapi lagi dan lagi dia memintaku untuk bertahan.
“Menurutmu, aku itu apa?”tanyanya.
“Huh?”
“Jawablah! Jika kau sudah menjawab baru
kita berteduh!”bentaknya yang membuatku sedikit terkejut.
“Kau adalah Daseul. Kim Daseul. A blind
princess who like to cry under the rain, who already stole my heart 13 years
ago,”setelah kujawab itu, Daseul semakin menangis. Tanpa banyak cing cong lagi
aku mendorong kursi rodanya ke tempat yang aman dari hujan.
“Seok Jin-ah.. Nado saranghae,”ucapnya
perlahan lalu tertidur di kursi rodanya.
“Daseul-ah, saranghae. I’ll never ever
make you lonely. I don't care if everyone is your enemy and I'll be hated too. As long it was with you, it's ok.”
_____Kkeuutt____
Aaaah mic test 1 2 mic test 1 2 *test mic bareng Lay*
Akhirnya nih ff selesai-_-- nista ya? ampun :') gabisa dapet feelnya ya? maaf><
Oiya, lirik yang di nyanyikan sama Rapmon itu gaada lagunya._. itu hanya pengawuran semata._. mianhe.____.
udah deh, tolong review+comment nya ya^^
Much love,
Bunny Stee